Tampilkan postingan dengan label 1/144. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 1/144. Tampilkan semua postingan

Review : Heller 1/144 F-16XL

Heller 1/144 F-16XL

Saat ini F-16 dikenal sebagai pesawat multirole, mampu melaksanakan beragam misi ait-to-air dan air-to-ground. Masalahnya F-16 didisain sebagai light weight fighter, dibekali bahan bakar, sensor, dan senjata secukupnya untuk menghasilkan kelincahan terbaik. Ada berbagai modifikasi yang harus dijejalkan ke airframe F-16 untuk melaksanakan misi air-to-ground. Pada F-16 terbaru terdapat berbagai sensor pod bergelantungan, spine bay besar untuk menampung berbagai perangkat tambahan, CFT raksasa untuk membawa lebih banyak bahan bakar, dan sayap yang digelantungi oleh TER/MER untuk membawa banyak bom. Semua modifikasi ini memang esensial untuk misi air-to-ground. Namun bagaimana dengan bobot dan drag ekstra akibat semua modifikasi tersebut? Kedua hal ini akan ditanggung oleh sayap dan mesin yang kurang lebih sama dengan F-16 dasarnya. Modifikasi tersebut juga akan memberikan beban tambahan bagi struktur pesawat, bagaimana pengaruhnya terhadap G maksimum yang bisa dilakukan. Apakah modifikasi tersebut sudah optimum untuk misi air-to-ground?

Review : Sweet 1/144 Wildcat with flight deck

Sweet 1/144 Wildcat with flight deck
 Wildcat tidak se terkenal Zero, Hellcat, atau Corsair. Fighter ini bentuknya juga tidak seperti fighter, gemuk dan pendek. Secara performa juga biasa saja.

Tapi Wildcat telah sukses menjadi andalan Amerika untuk memenangkan perang Midway, pertempuran titik balik WWII di Pasifik. Wildcat sukses menjalankan fungsinya sebagai carrier based fighter walaupun harus melawan Mitsubishi Zero yang jauh lebih lincah. Tidak hanya lebih lincah, Zero juga diawaki pilot veteran yang sedang semangat karena Jepang baru saja menguasai hampir seluruh asia pasifik. 

Review : Sweet 1/144 Zero with carrier display base

Sweet 1/144 Zero w base

Mitsubishi Zero

Pre-WWII Jepang adalah negara berteknologi sangat maju, tapi berpikiran konservatif, termasuk para petinggi militernya. Para petinggi AL Jepang pada waktu itu sangat yakin bahwa manuverabilitas adalah kunci keunggulan pesawat tempur. Suatu konsep yang popular di era WWI dengan pesawat tempur biplane/triplane. Padahal pada era itu lahirlah pesawat jenis baru, monoplane. Monoplane menawarkan beberapa kelebihan berupa drag lebih kecil dan kecepatan lebih tinggi. Kelebihan ini diraih dengan mengorbankan manuverabilitas pada kecepatan rendah milik biplane/triplane.

Review : Trumpeter 1/144 F 86F 40 Sabre JASDF 2 in 1

Trumpeter 1/144 F-86F-40 Sabre JASDF 2 in 1
The Transonic Fighter

Di akhir WWII mesin jet mulai diaplikasikan di pesawat tempur. Mesin ini bisa mendorong pesawat tempur ke kecepatan lebih tinggi, mendekati kecepatan suara/transonic. Karakter udara di kecepatan transonic berbeda dengan kecepatan rendah. Straight wing yang biasa digunakan pesawat bermesin piston tidak lagi optimum di kecepatan ini. Solusinya ada di riset orang Jerman tentang swept wing. Sayap dimiringkan ke belakang untuk memanage shock wave, mereduksi drag di kecepatan transonic secara signifikan. Selain itu elevator konvensional juga kurang efektif di kecepatan ini. Solusinya adalah all moving tail plane, elevator terbuat dari pelat utuh yang digerakkan sekaligus dari pangkalnya. Hasilnya adalah F-86 Sabre, pesawat tempur yang bisa bergerak lincah di kecepatan transonic.

Review : Revell 1/144 TF104G Starfighter

Revell 1/144 TF104G Starfighter box
The Widow Maker

Sejarah F104 Starfighter bermula dari perang Korea. Di perang ini pilot Amerika berhapan dengan MiG 15 yang simple dan lincah. Pilot Amerika pada masa itu sudah dilengkapi pesawat yang canggih yang mampu meladeni MiG 15, F86 Sabre. Tapi untuk di masa depan mereka menginginkan pesawat baru, pesawat yang sederhana, mudah di maintain, dapat menanjak lebih tinggi dan cepat dari pesawat lainnya.  

Review : Revell 1/144 Eurofighter Typhoon

Revell 1/144 Typhoon Box


Kelahiran Eurofighter Typhoon

Eurofighter Typhoon lahir di Eropa pada masa perang dingin. Berbeda dengan Amerika yang berada cukup jauh, negara-negara Eropa barat hanya terpisah oleh Fulda Gap dengan Soviet. Serangan massif Soviet bisa datang dengan cepat, hampir tanpa peringatan. Oleh karena itu negara-negara Eropa barat butuh pesawat tempur yang bisa segera take off, cepat menanjak ke ketinggian operasional, menghadang elemen udara ataupun menghabisi elemen darat musuh.

Review : Trumpeter 1/144 Rafale M

Trumpeter 1/144 Rafale M box
Dassault Rafale

Pada akhir 1970an, AL dan AU Perancis menginginkan pesawat tempur baru. Kebetulan requirement mereka cukup mirip sehingga satu airframe diharapkan bisa memenuhi requirement keduanya. Negara-negara Eropa barat lainnya juga menginginkan pesawat tempur dengan requirement serupa. Sehigga mereka memutuskan untuk bekerjasama membuat satu pesawat, ECA (European Combat Aircraft).

Sweet 1/144 WWII aircraft model kits


Sweet 1/144 Hawker Hurricane

Sweet memang bukan pabrikan mokit yg terkenal di indonesia. Sweet berasal dari Jepang, sebuah negara yang terkenal dengan miniaturisasi dan presisi. Sweet membawa kedua karakter ini dalam mokit-nya. Tidak hanya itu, mokit keluaran Sweet cukup unik dan dikemas dengan cara yang unik pula.


Revell 1/144 Tornado Marineflieger

Revell 1/144 Tornado Marienflieger



Model kit murah meriah dari Revell. Skala memang mini, 1/144, tapi detil di mokit ini cukup oke. Panel line beraliran recessed, sehingga proses sanding & weathering lebih mudah. Panel line memang masih terlalu lebar,  belum sehalus keluaaran sweer, tapi ya dengan harga hanya 40 ribu rupiah, saya sudah sangat puas.