Review: Eduard 1/48 F6F Hellcat weekend edition

Eduard 1/48 F6F Hellcat weekend edition

A tough naval brawler

Disain F6F Hellcat mencerminkan pola pikir Amerika: lebih besar, lebih kekar, lebih kuat. Zero yang super lincah di kecepatan rendah adalah musuh potensial terkuat US NAVY di pasifik pada saat Hellcat didisain. Uniknya Grumman tidak berniat menandingi kelincahan Zero. Mereka menyadari potensi F4F Wildcat di area kecepatan dan proteksi, dan ingin memaksimalkan kedua parameter ini pada pesawat mereka selanjutnya, F6F Hellcat.

Review: Tamiya 1/24 Toyota 86

Tamiya 1/24 Toyota 86 

Toyota 86

Toyota terbiasa bekerjasama dengan pabrikan lain untuk menghasilkan produk berkualitas dengan harga terjangkau seperti Avanza-Xenia dan Rush-Terios. Dalam segmen sports car mereka juga melakukan hal yang serupa, bekerjasama dengan Subaru untuk menghasilkan Toyota 86 dan Subaru BRZ.

Ada kemungkinan Subaru dipilih karena sudah sukses mengimplementasikan boxer engine pada beberapa mobilnya. Boxer engine punya titik berat sangat rendah, menghasilkan mobil dengan handling superior. Hal ini dicapai dengan konfigurasi silinder horizontal, dipasang dengan posisi berhadapan untuk men-drive sebuah crank shaft di tengah. Terlihat sederhana, namun konfigurasi ini menghasilkan lebih banyak gesekan, daripada mesin inline atau V yang umum dipakai mobil lain. Walau demikian, Subaru sepertinya sudah menemukan teknologi yang tepat untuk mengatasi hambatan tersebut.

Review: Tamiya 1/700 Z37 Z39 destroyer

Tamiya 1/700 Z class destroyer Z37 & Z39

Not so German tech.

Secara subjektif, destroyer adalah kelas kapal kombatan favorit kami. Destroyer bertugas mengawal kapal yang lebih besar seperti cruiser, battleship, dan kapal induk dari ancaman yang menyelinap masuk seperti pesawat, kapal selam, dan torpedo boat. Beragam ancaman di matra yang berbeda perlu ditangani dengan system senjata berbeda. Pada WWII destroyer biasa dilengkapi meriam kaliber medium, meriam anti pesawat, torpedo, dan depth charges. Walau dibekali segudang senjata, ukuran dan bobot destroyer harus dikontrol agar bisa bergerak cepat dan lincah namun tetap bisa menemani kapal besar beroperasi di tengah samudera.

Review : Bronco 1/350 S-100 Torpedo boat

Bronco 1/350 S-100 Torpedo boat

Triple rudder boat

Konfigurasi rudder torpedo boat S100 tergolong unik, terdiri dari satu rudder utama di tengah dan sepasang rudder kecil di sampingnya. Rudder utama berfungsi seperti rudder di kapal lainnya, yaitu untuk steering. Namun sepasang rudder kecil di samping memiliki fungsi yang unik. Kedua rudder ini tidak bergerak bersamaan dengan main rudder, tidak ditujukan untuk membantu steering. Namun di kecepatan tinggi, kedua rudder ini dibuka bersamaan keluar. Apa yang sebenarnya terjadi perlu penjelasan kompleks, namun hal ini berhubungan dengan pembentukan kavitasi di belakang rudder dan membantu menyebarkan arus air dari ketiga propeller. Buritan ikut terangkat, membuat kapal melaju dalam posisi lebih horizontal, mengurangi drag, membantu melaju sampai 43-48 knots dengan efisien. Kondisi ini juga dikenal dengan Lurssen effect.  

Review: Hasegawa 1/700 IJN Zuiho

Hasegawa 1/700 IJN Zuiho
The last carrier

IJN Zuiho berawal dari disain hull yang fleksibel, bisa dibuat jadi oil tanker, submarine tender, ataupun kapal induk ringan di tahap akhir konstruksi. Sesuai kondisi terbaru, akhirnya hull dirakit jadi kapal induk ringan dengan nama Zuiho.

Zuiho punya kecepatan cukup tinggi, bisa beroperasi dengan kapal induk utama. Ukuran kapal induk ini termasuk kecil, sehingga hanya bisa membawa sedikit pesawat. Dek kapal dimanfaatkan seluruhnya untuk flight deck, sehingga tidak ada island yang umum ada di kapal induk lainnya. Bahkan asap hasil pembakaran pun dibuang ke samping, tidak ada funnel yang menghalangi flight deck. Siluet Zuiho benar-benar mulus, kapal induk yang unik.

Review: Hobbyboss 1/350 Type 212

Hobbyboss 1/350 Type 212 German AIP submarine

A little mean sub

US NAVY punya armada kapal selam yang sangat kuat. 100% kapal selam kombatannya bertenaga nuklir. US NAVY sudah terlatih untuk mendeteksi dan menghadapi kapal selam nuklir, baik lewat latihan dengan sekutu ataupun membuntuti kapal selam lawan. Namun ternyata US NAVY tidak terlatih menghadapi kapal selam konvensional, sedangkan kapal selam jenis ini tersebar luas di musuh potensial AS. Solusinya US NAVY menyewa sebuah kapal selam konvensional, Gotland class dari Swedia beserta awaknya untuk mensimulasikan musuh dalam latihan.