Trumpeter 1/144 F-86F-40 Sabre JASDF 2 in 1 |
The Transonic Fighter
Di akhir WWII mesin jet mulai diaplikasikan di pesawat
tempur. Mesin ini bisa mendorong pesawat tempur ke kecepatan lebih tinggi,
mendekati kecepatan suara/transonic. Karakter udara di kecepatan transonic
berbeda dengan kecepatan rendah. Straight wing yang biasa digunakan pesawat
bermesin piston tidak lagi optimum di kecepatan ini. Solusinya ada di riset
orang Jerman tentang swept wing. Sayap dimiringkan ke belakang untuk memanage
shock wave, mereduksi drag di kecepatan transonic secara signifikan. Selain itu
elevator konvensional juga kurang efektif di kecepatan ini. Solusinya adalah
all moving tail plane, elevator terbuat dari pelat utuh yang digerakkan
sekaligus dari pangkalnya. Hasilnya adalah F-86 Sabre, pesawat tempur yang bisa
bergerak lincah di kecepatan transonic.
Sewaktu F-86 didisain, senjata utama pesawat tempur masih
sama dengan era WWII, yaitu senapan mesin/kanon. F86 Sabre dilengkapi dengan 6
senapan mesin browning caliber 0.5in. Senapan mesin ini handal, akurat, dan
punya rate of fire tinggi. Selain itu caliber kecil berarti jumlah peluru yang
bisa dibawa pun cukup banyak. Sayangnya daya hantam senapan ini terlalu kecil
untuk era pesawat jet. Hal ini terbukti di perang Korea . MiG-15 Korea Utara masih
bisa terbang waluapun dihantam telak beberapa peluru caliber 0.5in. Perlu
sejumlah besar hantaman telak untuk menjatuhkan pesawat lawan.
Kelemahan ini coba diperbaiki dengan memasang kanon caliber
20 dan 30mm yang lebih besar. Daya hantam kanon ini cukup mumpuni, beberapa
hantaman telak sudah cukup untuk menjatuhkan pesawat lawan, efektif dalam
dogfight. Sayangnya F-86 sejak awal didisain untuk senapan mesin 0.5in,
sehingga operasional kanon caliber besar ini tidak optimum. Posisi muzzle yang
terlalu dekat dengan air intake bisa mengganggu kinerja mesin jet. Saat
ditembakkan di ketinggian tinggi, gas dari penembakan senjata bisa membuat
mesin jadi mati. Selain itu hanya tersedia sedikt ruang di F86 untuk membawa
peluru, sehingga jumlah peluru 20 atau 30mm yang bisa dibawa pun sangat
terbatas.
F-86F adalah versi Sabre paling akhir sekaligus paling
banyak. F-86F juga memliki kemampuan air to ground. Versi ini mampu membawa bom
jatuh bebas, napalm, ataupun unguided rocket di dua pylon sayap. Sepasang drop
tank juga bisa dibawa di pylon sayap untuk menambah endurance F-86.
Kemampuan F-86F Sabre teruji di perang Korea . Disini
F-86F berhadapan dengan lawan yang sebanding, MiG-15. Kedua pesawat ini
memiliki konfigurasi yang mirip, single jet engine, single tailfin, dan swept
wing. Bedanya MiG-15 punya canon caliber besar sedangkan F-86F punya armor yang
lebih baik. Selain itu beberapa MiG-15 diawaki oleh pilot Soviet yang sudah
berpengalaman. Hal ini menjadikan pertempuran udara di Korea cukup seimbang.
F-86F versi awal kewalahan menghadapi MiG-15, pesawat ini
tidak bisa berbelok setajam MiG-15. Salah satu penyebabnya adalah slat yang
secara otomatis terbuka pada waktu maneuver. Slat otomatis ini memang sengaja
didisain untuk memperbaiki handling F-86F di kecepatan rendah. Akan tetapi slat
otomatis ini mengganggu maneuver di kecepatan tinggi.
North American memperbaiki kelemahan ini di versi F-86F-25
dengan memasang sayap baru tanpa slat. Sayap ini terkenal dengan sebutan 6-3
wing. Selain melepas slat, sayap ini diperbesar 6 inch di wing root chord dan diperpanjang
3 inch di wing tips. Penghapusan slat memang membuat handling di kecapatan
rendah menjadi lebih sulit. Stall speed meningkat, sehingga landing dan take
off speed perlu lebih tinggi. Pilot perlu lebih hati-hati sewaktu take
off/landing. Akan tetapi 6-3 wing ini meningkatkan kelincahan di kecepatan
tinggi secara signifikan. Membuat F-86F-25 lebih unggul dari MiG-15 dalam
dogfight. Hasilnya adalah kill rate F-86 yang jauh lebih tinggi dari MiG-15.
Angka pasti rasio kill rate ini memang masih diperdebatkan, tapi yang pasti F-86F
lebih banyak menang dogfight melawan MiG-15.
Prestasi F-86 yang bagus di perang Korea membuatnya diminati banyak
negara, salah satunya adalah Jepang. Sejak kalah di WWII, kekuatan militer
Jepang dilucuti. Namun setelah WWII ada musuh baru yang lebih ditakuti oleh
Amerika, yaitu Soviet. Sehingga Amerika ingin memiliki sekutu yang kuat di
garis depan, salah satunya adalah Jepang.
F-86 adalah salah satu pesawat tempur pertama yang boleh
dibeli Jepang dari Amerika. Performa sayap 6-3 milik F-86F-25 memang sudah
terbukti di perang Korea ,
tapi Jepang ingin yang lebih baik. Mereka ingin pesawat yang juga lincah di
kecepatan rendah. Hasilnya adalah tipe baru, F-86F-40. Di tipe ini sayap
diperpanjang dan slat kembali dipasang. Modifikasi ini memang menambah berat
dan mengurangi kecepatan maksimum. Akan tetapi low speed handling meningkat
tanpa mengurangi high speed maneuverability. Sayap panjang ini juga memberikan
bonus tambahan, yaitu jarak jangkauan yang lebih jauh.
Selain mengamankan ruang udara, F-86F-40 ini juga membantu
membangkitkan industri dirgantara Jepang. Pesawat ini tidak dikirim langsung
jadi, tapi dikirim dalam bentuk kit yang akan dirakit di Mitsubishi. Pengalaman
merakit F-86F-40 ini menghidupkan kembali industri kerdirgantaraan dalam negri.
Membuat Jepang sanggup mengeoperasikan dan memelihara pesawat-pesawat tempur
generasi berikutnya dari F-104, F-4, F-15, dan bahkan sampai membuat sendiri
F-2.
Trumpeter 1/144 F-86F-40 JASDF
Mono Chrome mungkin bukan pabrikan mokit yang umum. Pabrikan
ini joint development dengan Trumpeter untuk merilis mokit ke pasaran Jepang.
Dari pabrikan ini kita bisa mendapatkan beberapa model unik milik militer
Jepang, salah satunya versi F-86 Sabre terbaru, F-86F-40 yang banyak dipakai JASDF.
Trumpeter 1/144 F-86F-40 Sabre JASDF parts |
Trumpeter 1/144 F-86F-40 Sabre JASDF wings |
Begitu membuka kotak mokit ini terlihat ciri khas Trumpeter, sisi
negative ataupun positifnya. Sisi negatifnya ada di panel line. Panel line
mokit ini sudah beraliran recessed, konsisten, dan cukup lengkap. Masalahnya
panel line ini terlalu lebar untuk skala 1/144. Anda bisa membuat mokit ini as
is dan menampilkan F86 dalam kondisi heavy weathered dengan panel line lebar
ini. Atau anda bisa mendempul panel line dan menampilkan F86 dalam kondisi
natural metal yang clean. Modeler yang lebih berpengalaman juga bisa mendempul
panel line dan scribing panel line baru yang lebih tipis.
Kabar baiknya mokit ini juga punya ciri khas positif
Trumpeter, part count yang banyak untuk detail maksimal. Sentuhan detail sudah
terasa sejak awal, pada saat perakitan kokpit. Tersedia cockpit tub, instrument
panel, control stick, dan seat dalam part terpisah. Sesuai standar kokpit di
skala 1/72 dan sangat mewah untuk skala 1/144. Area landing gear juga kaya akan
detail. Bagian atas wheel well dipenuhi detail yang akan terlihat baik setelah
pengecatan. Roda pendarat pun tidak polos begitu saja, ada detail rim nya. Landing
gear cukup tipis dan dilengkapi oleo struts yang cukup realistis. Bahkan sisi
dalam landing gear door pun dilengkapi relief detail.
Air intake F86 dicetak dalam satu part yang detail. Trumpeter
memang tidak memberikan intake funnel dan compressor face. Tapi paling tidak
Trumpeter memberikan blanking plate untuk mencegah see through effect. Dengan
pengecatan yang baik, intake akan terlihat cukup realistis di skala 1/144.
Exhaust juga dicetak dalam satu parts yang detail. Disini
tersedia detail turbine dalam bentuk relief. Sedikit menantang untuk di cat,
tapi hasilnya akan bagus.
Elevator pada F-86 dipasang dengan sudut anhedral tertentu.
Untungnya Trumpeter menyediakan elevator kanan dan kiri dalam satu parts.
Tinggal dipasang ke slot yang ada di fuselage, anhedral yang tepat bisa dengan
mudah didapatkan untuk kedua sisi elevator.
Airbrake di sisi fuselage juga bisa diposisikan terbuka.
Tersedia detail airbrake well yang cukup oke disertai dengan actuator yang
realistis.
Mokit ini menampilkan F-86F dalam misi air to air,
dilengkapi dengan sepasang drop tank.
Trumpeter 1/144 F-86F-40 Sabre JASDF decal |
Dalam kotak mokit ini tersedia parts yang cukup untuk
membuat dua model F-86 utuh. Trumpeter juga menyediakan tiga pilihan marking di
decal sheet, pesawat dengan nomor 528, 000, dan 702. Ketiga pesawat ini punya
marking ekor yang unik, sehingga tampilan tidak akan membosankan. F-86 juga
termasuk pesawat dengan high visibility marking, tubuh pesawat dibubuhi banyak
stencil. Untungnya decal sheet Trumpeter cukup lengkap untuk menghasilkan
marking yang detail. Bahkan Trumpeter juga menyediakan stensil untuk drop
tank.
Area yang bisa di improve sendiri dari mokit ini adalah pitot
tube. F86 punya pitot tube di ujung sayap dan ukurannya sangat halus di 1/144.
Trumpeter menyediakan pitot tube dalam plastic part yang cukup halus. Akan
tetapi perlu hati hati saat perakitan karena mudah bengkok dan bahkan
patah. Anda bisa mengganti pitot tube ini
dengan jarum yang tipis.
Overall skala 1/144 mungkin bukan skala pilihan utama
modeler pesawat. Coba dulu mokit ini. Detail F-86F-40 ini mungkin bisa merubah
pandangan anda tentang skala 1/144. Selain itu ukuran jadi mokit ini cukup
kecil, tidak memakan tempat banyak di lemari anda. Anda juga bisa membuat
diorama yang bagus dengan ukuran cukup make sense dengan mokit skala ini.
Silahkan kunjungi toko kami, www.rumahmokit.com untuk memiliki mokit ini dengan mudah dan murah, terimakasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar