Review: Trumpeter 1/35 SA2 Guideline on Launcher

Trumpeter 1/35 SA-2 Guideline on Launcher
SA-2 Guideline

Pada akhir WWII, pesawat bomber dan recce didisain untuk terbang sangat tinggi agar aman dari incaran fighter lawan. Fighter memang punya performa tinggi, tapi untuk mencapai ketinggian jelajah bomber dan recce bukan perkara yang mudah. Fighter tidak bisa langsung mengarahkan hidung pesawat vertikal ke atas. Kalaupun mesin fighter cukup kuat, bahan bakar bisa keburu habis duluan. Fighter perlu naik dengan sudut yang sedikit landai, memanfaatkan daya angkat sayap untuk membantu dorongan mesin. Akibatnya proses penyergapan harus direncanakan dari jarak jauh dan lebih mudah diprediksi. Sudah sampai di ketinggian pun masalah belum usai. Di ketinggian ini udara sangat tipis, sehingga performa mesin dan aerodinamika fighter merosot drastis. Kelincahan fighter pun menghilang di ketinggian ini. Bomber dan recce memang lamban, tapi fighter lebih lamban lagi. Bomber dan recce bisa dengan aman menyusupi daerah pertahanan.    


Trend ini berlanjut setelah WWII sampai ke perang dingin. Muncullah bomber spesialis ketinggian tinggi seperti B36, B47, B52, Avro Vulcan, Handley Page Victor, dll. Bahkan ada U2, pesawat recce yang hanya mengandalkan ketingian terbang untuk safety-nya.

Konsep bomber yg terbang tinggi untuk menembus pertahanan lawan memang (untungnya) belum terbukti. Tapi U2 telah sukses berulangkali terbang santai 20 Km diatas Soviet. Pesawat ini bisa dengan bebas memfoto objek vital dan rahasia milik Soviet.

Pihak Soviet bukannya berdiam diri. Mereka bisa mendeteksi kedatangan U2. Soal menembak jatuh itu lain cerita. Semua SAM dan fighter yg diutus melempem di ketinggian jelajah U2.

Jawaban soviet untuk masalah ini adalah rudal anti pesawat SA-2 Guideline. Requirement untuk SA-2 ini cukup make sense, dibuat untuk menangani ancaman terbesar saat itu sekaligus memperhitungkan keterbatasan teknologi pada masa itu: membuat SAM yang efektif menembak jatuh target tidak bermanuver di ketinggian sekitar 20km. Iya, tidak bermanuver artinya SAM ini memang akan mandul menghadapi fighter lincah di ketinggian rendah sampai menengah. Pada waktu itu kekurangan ini bisa dimaklumi karena Soviet punya solusi lain untuk celah ini. Tapi soal melaksanakan fungsi utama menembak jatuh target seperti bomber dan recce di ketinggian 20 km, SAM ini berhasil dengan gemilang.

SA-2 punya trik sendiri untuk mencapai ketinggian ekstrim tersebut. Rudal ini memakai sistem 2 tingkat. Tingkat pertama adalah solid roket booster. Tingkat ini bertugas memberikan akselerasi awal yang cukup bagi rudal raksasa ini. Di tingkat ini ada cropped delta fin besar untuk roll stabilization.

Setelah bahan bakar tingkat 1 ini habis, daya dorong akan diberikan oleh roket tingkat 2. Roket tingkat 2 ini berbahan bakar cair. Daya dorongnya memang tidak se-impulsif tingkat 1, tapi lebih lama dan stabil. Cocok untuk mempertahankan kecepatan dan bermanuver menuju target.

Pada masa itu teknologi elektronika dan komputasi tidak secanggih,sekecil,dan semurah sekarang. Oleh karena itu otak elektronika pengendali rudal ini ditempatkan di darat. Sistem radar di darat bertugas mendeteksi dan mentracking sasaran. Sistem kendali di darat kemudian memanfaatkan lokasi target tadi untuk menghitung rute penyergapan optimum. Kemudian sistem kendali ini mengontrol arah rudal yang sedang meluncur via radio.

Dengan sistem ini perangkat elektronika yg ada di rudal bisa disederhanakan. Lebih sederhana artinya lebih ringan dan kecil. Lebih ringan artinya daya dorong mesin bisa digunakan untuk mencapai performa kinematik lebih baik dan membawa hulu ledak lebih banyak.

Sayangnya sistem ini mengharuskan pengendali darat mengontrol jalannya rudal dari peluncuran sampai impact. Artinya satu pengendali hanya bisa membidik satu sasaran dalam satu waktu.

Keharusan sistem ini untuk mentransmit sinyal kendali selama penerbangan rudal juga membuka kelemahan lain. Sinyal tersebut dapat dideteksi lawan. Artinya lokasi pengendali bisa diketahui dan dihancurkan dengan rudal anti radiasi seperti Shrike, Standard ARM, ataupun HARM. 

Dengan segala plus-minus diatas, SA-2 telah sukses menjalankan fungsi uatamanya untuk mengamankan ketinggian tinggi. Puncak prestasinya adalah sewaktu menembak jatuh U2 diatas Soviet. Itu bukan tembakan untung-untungan, banyak U2 lain yang kemudian rontok di Cina dan Cuba kena hajar SA-2.

Kejadian ini merevolusi dunia bomber dan recce. Ketinggian ekstrim bukan lagi jaminan keamanan. Operasi U2 diatas Soviet sama saja dengan bunuh diri, sehingga Clerence Kelly Jhonson mendisain pengintai baru, SR-71 dengan kecepatan mach 3 dan RCS minim. Dunia bomber pun mengalami guncangan yg serupa. Bomber operasional macam B52, Vulcan, dan Victor pun harus meninggalkan zona amannya dan belajar terbang rendah.

Kehebatan SA-2 membuatnya sangat diinginkan oleh negara-negara blok timur dan netral. Salah satu negara yg kemudian mengakuisisinya adalah Vietnam Utara. Di negara ini SA-2 telah menjadikan ketinggian tinggi sebagai kuburan bagi pesawat AS, termasuk bomber andalan mereka B52.

Selain unjuk gigi, karakter SA-2 pun terbaca oleh AS di perang ini. Kelemahan radar aktif san sinyal kontrol sistem ini dieksploitasi dengan pesawat SEAD (Suppression of Enemy Air Defence) dan rudal anti radiasi yang dibawanya. Menyalakan radar berarti membuka posisi dan mengundang serangan lawan. Pihak Vietnam pun tidak pasrah begitu saja. Mereka pun dengan cerdas menemukan cara pengoperasian radar aktif yang tidak mudah dideteksi lawan. Selain itu terkadang mereka mengunci radar ke pesawat penyerang lawan tanpa meluncurkan SA-2 sama sekali. Efeknya pesawat penyerang terpaksa bereaksi dengan membuang muatan bom nya untuk menghindari SA-2 yang memang tidak diluncurkan pihak Vietnam

Salah satu negara yang juga mengakuisisi SA-2 adalah negara kita, Indonesia. Indonesia mengakuisisi rudal ini pada masa Trikora. SA-2 ditugaskan untuk menjaga ruang udara diatas Jakarta dan kota utama lainnya andaikata sekutu Belanda ikut membokong Indonesia pada saat operasi Trikora dilaksanakan. Syukurlah berkat kesiapan hati dan kecerdikan para pendiri bangsa ini, Irian Barat bisa dibebaskan tanpa perlu operasi militer besar besaran.

Pada masa Orde Baru, hubungan Indonesia dan Soviet pun menurun. Selain itu pada masa ini banyak masuk sistem persenjataan baru dari blok barat. Akibatnya maintenance persenjataan canggih dari Soviet pun terbengkalai dan harus dipensiunkan. Untungnya beberapa sistem senjata ini masih bisa kita lihat di museum. Salah satu sistem senjata yang fisiknya masih terawat baik adalah Rudal SA-2. Rudal ini masih berdiri gagah di depan museum Satria Mandala, Jakarta. Menjadi salah satu saksi bisu kesiapan hati dan kecerdikan para pendiri bangsa ini.

Trumpeter 1/35 SA-2 Guideline

Dengan mokit ini anda bisa membuat miniatur rudal SA-2 dalam posisi siap tembak di peluncurnya. Mokit ini terdiri dari dua bagian utama, Rudal SA-2 nya sendiri dan peluncurnya.

Trumpeter 1/35 SA-2 Missile Body

Body rudal SA-2 disediakan dalam satu sprue berwarna abu-abu terang. Disini body rudal terdiri dari dua belahan kanan kiri. Di body rudal itu sendiri sudah ada detail dalam bentuk relief yang cukup tajam. Untuk detail yang menonjol dari permukaan body seperti actuator rod untuk sirip kendali, Trumpeter menyediakan parts terpisah. Semua sirip rudal ini tersedia dalam part terpisah yang cukup tipis. Nozzle rudal ini juga cukup rumit dan disediakan cukup lengkap oleh Trumpeter. SA-2 adalah rudal dua tingkat. Staging antar tingkat juga disediakan cukup detail disini.

Trumpeter 1/35 SA-2 Launcher parts 
Trumpeter 1/35 SA-2 Launcher parts 2
Trumpeter 1/35 SA-2 Launcher base
Trumpeter 1/35 SA-2 Launcher body
Peluncur rudal disediakan dalam dua sprue, body, dan satu parts landasan berwarna hijau tua. Parts count di area ini cukup banyak untuk menghasilkan replica peluncur yang akurat. Selain itu detail permukaan juga cukup tajam. Tersedia juga sebuah kawat tebal yang perlu dipotong sesuai ukuran di instruction manual. Kawat ini bisa digunakan untuk sendi artikulasi mokit ini, sehingga pose rudal bisa anda mainkan jika ingin. 

Trumpeter 1/35 SA-2 Launcher Decal
 Decal di mokit ini cukup banyak. Hampir semuanya digunakan untuk marking di body rudal. Tersedia marking untuk SA-2 milik Soviet, Vietnam, dan Mesir. Tapi dengan studi literature yang baik dan beberapa kunjungan ke museum, anda mungkin bisa membuat replica akurat dari SA-2 milik Indonesia juga.

Overall mokit SAM ini bisa memperkaya koleksi anda. Bisa memberi variasi dari mokit pesawat, tank, dan kapal yang umum. Selain itu anda juga bisa membuat replika dari sistem senjata yang punya nilai historis tinggi di dunia dan khususnya di Indonesia.

 Jika anda tertarik membuat mokit ini, silahkan kunjungi toko kami www.rumahmokit.com

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar