Pit Road 1/700 USS Hornet box |
The Man behind the gun
The most
important is the man behind the gun.
War is fought by
soldiers.
Kata kata diatas,
dan banyak lagi hasil pemikiran orang-orang hebat menyimpulkan pentingnya manusia
sebagai penentu kemenangan. Teknologi dan logistik memang penting untuk
menghadirkan peralatan berkualitas dalam jumlah yang cukup di tempat dan waktu
yang tepat. Tapi semua itu perlu diawaki oleh manusia. Tanpa manusia yang
berkualitas, semua itu akan sia sia.
Bicara kualitas
manusia, berarti bicara skill. Skill yang bagus bisa didapat dari pelatihan
yang memadai. Tapi manusia bukanlah mesin yang output sebanding dengan input
secara konsisten. Manusia sangat tergantung pada kondisi psikologisnya. Dengan
kondisi psikologis yang tepat, skill yang dilatih akan dapat keluar secara
efektif. Begitu juga sebaliknya, dalam kondisi psikologis yang tidak baik,
skill menjadi tidak efektif.
Menyadari hal
ini, beberapa ahli strategi hebat merancang taktik untuk menghancurkan
psikologi lawan sekaligus memperkuat psikologi kawan. Salah satu contoh terbaik
kasus ini adalah Doolittle raid/Tokyo raid di perang dunia kedua.
Pada awal WWII di
pasifik, Amerika dalam posisi terdesak. Amerika berhadapan dengan kekuatan
udara dan laut raksasa milik Jepang. Pangkalan Amerika di pearl harbor digempur
dengan telak. Koloni Amerika di Filipina direbut Jepang. Amerika dan sekutunya
selalu kalah dan didesak mundur oleh Jepang. Kekalahan Amerika di pasifik sudah
di depan mata. Bahkan Amerika pun bersiap untuk menghadapi invasi Jepang di
tanah sendiri.
Mengadapi situasi
ini, presiden Roosevelt menginginkan serangan balasan ke jantung Jepang, Tokyo.
Menurutnya serangan seperti ini bisa membangkitkan semangat bangsa, bisa
merubah jalannya perang. Masalahnya militer Jepang pada waktu itu sangat kuat
dan wilayah pertahanannya sangat luas. Serangan ini tidak mungkin dijalankan
secara konvensional. Bomber USAAF punya jarak dan daya hantam memadai, tapi tidak ada pangkalan yang cukup
dekat dengan Tokyo. Kapal induk meluncurkan pesawat bomber US NAVY dari lepas
pantai Jepang. Tapi Jangkauan bomber milik US NAVY ini relatif pendek, kapal
induk perlu berada cukup dekat dari Tokyo. Hal ini sangat beresiko, resiko yang
tidak ingin diambil US NAVY mengingat pentingnya kapal induk dalam jumlah cukup
untuk menghadapi invasi Jepang.
Lalu seorang
perwira kapal selam menemukan solusi untuk masalah ini. Perwira tersebut
menyarankan untuk meluncurkan bomber USAAF dari kapal induk US NAVY. Bomber
USAAF punya jarak cukup jauh, sehingga kapal induk bisa berada dalam jarak aman.
Setelah meluncurkan bomber, kapal induk bisa langsung mundur untuk
meminimalisasi resiko ditenggelamkan Jepang.
Bomber ditugasi
menghantam beberapa titik strategis di jantung Jepang, lalu terbang ke barat
dan mendarat di Cina. Ini adalah misi yang sangat beresiko, bahkan bisa
dibilang misi one way ticket. Seorang perwira sekaligus penerbang pemberani, Letkol
Doolittle menyanggupi misi ini. Dia kemudian memilih beberapa sukarelawan untuk
mengawaki 16 bomber untuk misi ini.
US NAVY
menugaskan salah satu kapal induk terbaru mereka dari kelas Yorktown untuk misi
ini. Kapal induk tersebut adalah USS Hornet CV-8. Walaupun kapal induk terbaru,
USS Hornet masih dibuat dengan mengindahkan batasan yang sudah disepakati di
Naval Treaties tahun 1930an. Navel Treaties ini membatasi ukuran maksimum kapal
induk. Ukuran yang terbatas berimbas kepada performa dan kapasitas angkut
pesawat. Masalah ini kemudian ditambah lagi dengan kondisi awak USS Hornet.
Awak kapal tersebut sebagian besar masih belum berpengalaman, bahkan banyak
yang baru pertama kali melihat lautan. Untungnya kapal ini dipimpin oleh para
perwira yang hebat. Mereka mampu menyiapkan USS Hornet untuk salah satu misi
paling berbahaya di WWII dalam waktu relatif singkat dan dengan kerahasiaan
tinggi.
Jika US NAVY
menyumbang kapal induk, USAAF menyumbang bomber nya. Ada beberapa bomber yang
jadi kandidat untuk misi ini. Tapi setelah mempertimbangkan jangkauan,
performa, dan ukuran, bomber B25 Mitchell dipilih untuk misi ini. B25 adalah
bomber medium bermesin dua. Kedua mesin ini menyediakan tenaga yang cukup untuk
take off dari kapal induk dalam sebuah simulasi. Ukuran bomber ini juga tidak
terlalu besar, sehingga 16 buah dapat diangkut di dek USS Hornet.
Bahaya sudah ada
sejak misi dimulai. Pada dasarnya B25 dirancang untuk take off dari landasan
panjang di darat. Di misi ini, bomber dipaksa untuk take off dari landasan
pendek kapal induk. Untuk melakukan hal ini, B25 dimodifikasi habis habisan.
Modifikasi difokuskan ke pengurangan bobot dan penambahan kapasitas bahan bakar.
Komponen yang tidak esensial seperti radio jarak jauh dan sebagian senapan
mesin pertahanan diri pun dilolosi. Konon, batangan sapu yang dicat hitam
dipasang di dudukan senapan mesin ekor. Batangan sapu ini terbukti cukup
efektif untuk menakuti penyergap musuh.
Selain itu misi
ini sangat berbahaya, ada kemungkinan B25 jatuh di daerah musuh. Oleh karena
itu komponen rahasia seperti Norden bomb sight pun dilolosi. Norden bomb sight
adalah alat rumit untuk meningkatkan akurasi pemboman dari ketinggian. Dalam
misi ini, bom akan dilepaskan dari ketinggian rendah. Jadi Norden bomb sight
yang sifatnya rahasia tidak diperlukan. Bomb sight rahasia ini kemudian diganti
dengan bomb sight rakitan para kru. Bomb sight rakitan ini sederhana, murah,
dan akurat untuk low level bombing.
Namanya juga
perang, sebagus-bagusnya rencana disusun, ada saja masalahnya. Sebuah kapal
patroli Jepang memergoki task force USS Hornet sebelum sampai ke titik
peluncuran yang direncanakan. Kapal patroli tersebut langsung ditenggelamkan
oleh pengawal task force. Akan tetapi pihak Amerika kawatir kalau kapal patroli
tersebut sempat memberi tahu markasnya. Keberhasilan serangan ini sangat
ditentukan oleh pendadakan. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk langsung meluncurkan
B25, lebih awal dari rencana dan pada jarak yang lebih jauh. Untungnya
modifikasi B25 dan latihan kru-nya berhasil, semua bomber dapat take off dengan
aman dari USS Hornet.
Proses pemboman berlangsung
dengan lancar. Jepang yang merasa sedang menang tidak menyangka sama sekali
akan ada serangan ke Tokyo. Beberapa bom dijatuhkan dengan sukses di Tokyo.
Beberapa diantaranya membawa muatan special, yaitu medali perdamaian yang
diberikan Jepang saat berpura pura baik dengan Amerika.
Masalah terjadi
setelah itu. Take off dijalankan dari jarak lebih jauh dari rencana awal.
Armada B25 nyaris tidak bisa sampai ke Cina. Untungnya ada tail wind yang
membantu mereka. Sudah sampai di Cina bukan berarti masalah selesai. Karena misi
dijalankan lebih awal, pihak yang menyambut di Cina tidak menyadari perubahan
ini. Akibatnya tidak ada homing beacon yang membantu navigasi armada B25 ke
tempat aman. Mereka crash landing di posisi yang tidak aman. Sebagian kru
selamat, dan ada juga yang tertangkap dan dieksekusi tentara Jepang disana.
Letkol Doolittle
sudah pasrah akan menghadapi mahkamah militer karena kehilangan semua B25 yang
dipimpinnya di misi ini. Tapi bukan hukuman yang dia dapat, melainkan
penghargaan. Misi Doolittle raid ini berhasil.
Kalau dilihat
secara sempit, misi ini adalah sebuah kegagalan fatal. Membahayakan kapal induk
strategis yang sangat dibutuhkan di medan perang lain. Mengorbankan beberapa
kru bomber terbaik USAAF. Kehilangan seumlah besar bomber B25. Semua ini hanya
untuk menjatuhkan beberapa bom di Tokyo. Bom tersebut memang mengenai
sasarannya, tapi tidak ada kerusakan fisik berarti pada militer ataupun
industri musuh.
Untungnya
petinggi Amerika pada waktu itu tidak berpikiran sempit. Doolittle raid
dinyatakan sukses karena dua hal. Yang pertama serangan ini berhasil
meningkatkan kondisi psikologis pasukan Amerika, memberi mereka berita
kemenangan pertama, membuat mereka percaya bahwa kemenangan bisa diraih.
Yang kedua
serangan ini juga berhasil mempengaruhi psikologi musuh. Kondisi psikologi
lawan berubah total dari merasa tidak terkalahkan menjadi merasa tidak aman.
Perubahan ini memaksa Jepang untuk memikirkan kembali strategi pertahanan.
Fatalnya perubahan strategi ini dilakukan dalam tekanan besar dan dalam kondisi
malu, marah dan tidak sabar. Hasilnya adalah strategi yang kurang tepat. Perang
Midway adalah salah satu impak Doolittle Raid ini. Sebagai catatan perang
Midway adalah titk balik WWII di pasifik. Di perang ini Jepang kehilangan
banyak kapal induk beserta pilot berpengalamannya, kehilangan yang tidak bisa
di recover Jepang selama WWII.
Sebelum Doolittle
raid, Amerika selalu diserang, mundur, dan kalah. Setelah Doolittle raid,
giliran Jepang yang merasakan pahitnya kekalahan. Serangan ini juga merupakan
salah satu bukti sejarah pentingnya kondisi psikologis manusia untuk
memenangkan perang.
USS Hornet CV-8
USS Hornet CV-8
adalah kapal induk terbaru Amerika di awal WWII. Kapal ini termasuk kelas
Yorktown. Kelas ini didisain dengan mengindahkan Naval Treaties tahun 1930 an yang
membatasi dimensi dan bobot kapal militer.
Sewaktu Pearl
Harbor diserang, kapal ini sedang dalam masa pengujian. Lalu kapal ini ditarik
ke perairan yang lebih aman untuk mensimulasikan peluncuran bomber B25 milik
USAAF. Pada saat itu, awak kapal belum mengetahui makna dari simulasi ini
ataupun takdir mereka yang akan tercatat di sejarah.
Walaupun diawaki
pelaut yang belum berpengalaman, USS Hornet tetap siap melaksanakan misi
Doolittle Raid pada waktunya. Di misi ini USS Hornet bergabung dengan USS
Enterprise dalam Task Force 16 (TF16). 16 B25 diparkir di dek Hornet, memenuhi
seluruh area dek. Sehingga fighter asli milik USS Hornet terpaksa diparkir di
hanggar bawah dan tidak bisa diluncurkan selama dek masih dipenuhi B25.
Sehingga USS Enterprise diperlukan untuk menyediakan air cover di misi ini.
Semua pelatihan awak sukses, USS Hornet mampu meluncurkan semua B25 dengan
aman.
Untuk menjaga
keselamatan kedua kapal induk, TF 16 segera ditarik mundur setelah meluncurkan
B25. Selain itu kedua kapal induk ini juga dibutuhkan untuk berpartisipasi
dalam perang Coral Sea. Sayangnya perang ini keburu selesai sebelum USS Hornet
dan Enterprise sampai di lokasi.
Prestasi besar
kedua USS Hornet adalah di perang Midway. Ini adalah perang habis habisan
pertama antara kapal induk Jepang dan Amerika. Dalam perang ini kedua pihak
bisa saling menghancurkan dalam jarak jauh, sebelum kapal lawan terlihat di
horizon. Sehingga kemenangan perang ditentukan oleh pihak yang bisa lebih
dahulu menemukan posisi lawannya.
Pesawat milik USS
Hornet melakukan hal ini, mereka berhasil menemukan armada Jepang lebih dahulu.
Satu skuadron torpedo bomber, VT-8 kemudian menyerang kapal induk lawan.
Sayangnya skuadron ini dilengkapi dengan pesawat kuno, TBD Devastator. Sehingga
serangan tidak efektif dan semua pesawat kecuali satu berhasil ditembak jatuh
lawan. Sepintas terlihat para pilot VT-8 gugur sia sia, tapi lihatlah lebih
luas lagi. VT-8 menyerang dari ketinggian rendah untuk melepaskan torpedo.
Meladeni hal ini, fighter Jepang terpaksa turun ke ketinggian rendah. Fighter
Jepang memang berhasil menghabisi torpedo bomber VT-8, tapi penjagaan udara di
ketinggian tinggi menjadi lemah. Akibatnya skuadron dive bomber SBD Dauntless
berhasil memanfaatkan celah ini. Mereka berhasil masuk dan menyarangkan beberapa
bom dengan telak ke kapal induk Jepang. Hasilnya Jepang kehilangan sejumlah
besar kapal induk beserta pilot berpengalamnnya dalam perang ini. Ini adalah
kehilangan yang tidak bisa di recover oleh Jepang selama WWII. Perang pasifik
adalah perang kapal induk. Tanpa armada kapal induk yang memadai, Jepang tidak
mampu melakukan inisiatif menyerang. Tanpa inisiatif menyerang, Jepang hanya
bisa bertahan dan mundur. Ini adalah bencana bagi Jepang, negara itu sangat
tergantung pada sumber daya alam dari luar dan langkah mundur ini bisa memutus
suplai sumber daya alam tersebut. Atas pengorbanan dan jasa yang amat besar
ini, para awak VT-8 diberikan penghargaan khusus.
Sejauh ini USS
Hornet adalah kapal yang beruntung. Kapal ini memang kehilangan banyak pesawatnya,
tapi belum pernah mengalami kerusakan besar. Keberuntungan kapal ini semakin
menipis. Jepang mengetahui kalau USS Hornet bertanggung jawab dalam Doolittle
Raid, sehingga menenggelamkan kapal ini adalah salah satu obsesi AL Jepang.
Peluang melakukan hal ini terjadi di pertempuran Santa Cruz. Pertempuran Santa
Cruz ini terjadi saat Jepang berusaha menginvasi Guadalcanal. Guadalcanal
dianggap sangat penting bagi Jepang, sehingga mereka mengerahkan kekuatan laut
besar disini. Di pertempuran ini sebenarnya USS Hornet ditemani oleh USS
Enterprise. Tapi USS Enterprise beruntung masuk ke squall, sehingga tidak bisa
ditemukan oleh Jepang. USS Hornet tidak seberuntung itu. Sudah diincar dan satu
satunya kapal induk yang berhasil dideteksi Jepang. Seluruh serangan kemudian
difokuskan ke USS Hornet. Kapal ini melawan dengan gigih, tapi akhirnya
tenggelam juga. Tenggelamnya USS Hornet tidak sia sia. Perlawanan yang
diberikan cukup merusak armada invasi Jepang. Sehingga invasi Jepang ke
Guadalcanal kemudian dibatalkan. Amerika tetap menguasai Guadalcanal sebagai
pangkalan untuk rencana offensifnya sekaligus memutus suplai sumber daya alam
ke Jepang.
Pit Road 1/700
USS Hornet CV-8
Nama Pit Road
mungkin belum familiar. Pit Road adalah pabrikan mokit dari Jepang. Pabrikan
ini biasa joint development dengan Trumpeter untuk membuat mokit. Salah satu
hasil joint development adalah mokit 1/700 USS Hornet CV-8 ini. Secara umum plastic parts versi Trumpeter
sama dengan versi Pit Road. Versi Trumpeter dipasarkan ke seluruh dunia,
sedangkan versi Pit Road difokuskan ke pasar Jepang. Oleh karena itu ada
beberapa perbedaan di kedua versi ini. Perbedaan ada di box art, instruction
sheet, dan ekstra PE Parts.
Kapal induk pada
dasarnya berukuran besar, sehingga model 1/700 nya pun berukuran besar. Walapun
detail eksteriornya tidak serumit battleship, eksterior kapal induk tetap cukup
rumit. Terutama kapal induk WWII yang banyak mengandalkan senapan mesin untuk
pertahanan udara. Ukuran yang besar ditambah detail yang rumit butuh jumlah
parts yang cukup banyak. Untungnya Pit Road/Trumpeter menyediakan parts yang
cukup banyak di mokit ini. Dari pengamatan sepintas, kualitas cetakan cukup
baik, tidak ada cacat yang terlihat dari luar. Berhati hatilah pada saat
memotong parts dari sprue karena ukuran yang cukup kecil. Ukuran kecil ini
memang diperlukan untuk memberi detail yang realistis di 1/700.
Pit Road 1/700 USS Hornet Parts |
Selain detail
eksterior, kapal induk juga punya detail interior yang cukup ekstensif. Detail
interior ini ada di hanggar deck. Hanggar deck memang ada di dalam lambung,
tapi bisa terlihat dari luar saat elevator terbuka. Untungnya Pit
Road/Trumpeter menyediakan detail hanggar deck yang cukup lengkap. Detail ini
pun bisa dinikmati dari luar berkat opsi elevator yang bisa diposisikan turun
atau naik.
Semua detail tadi
dijejalkan kedalam sebuah hull. Pit Road/Trumpeter menyediakan hull dalam dia
part besar terpisah di waterline. Bagian atas hull memiliki detail relief yang cukup
oke.
Pit Road 1/700 USS Hornet Hull |
Pit
Road/Trumpeter menyediakan dua opsi untuk bagian bawah hull, bisa full hull
atau waterline. Untuk opsi full hull disediakan lengkap sampai propeler dan
ruddernya. Model full hull ini dapat dipajang dengan bagus berkat display base berkualitas
yang dsediakan dimokit ini. Display base ini berbentuk kotak, padat, cocok
untuk menaruh model kapal besar seperti kapal induk.
Pit Road 1/700 USS Hornet Full hull display base |
Bagi modeller
yang lebih menyukai tampilan dinamis USS Hornet sedang berlayar pun tidak perlu
repot. Pit Road/Trumpeter menyediakan blanking plate yang sesuai di mokit ini.
Bahkan display base permukaan laut pun disediakan dalam bentuk plastik biru
transparan. Di sini sudah ada lekukan yang pas dengan bentuk hull USS Hornet.
Selain itu permukaan plastik dicetak dengan tekstur permukaan laut dan riak
yang sesuai. Display base ini sidah cukup kuat dan kaku untuk memajang model
jadi USS Hornet. Selain itu anda bisa menambahkan papan kayu dibawahnya untuk
membuat display base yang lebih elegan. Papan kayu tidak disediakan di mokit
ini, tapi anda bisa dengan membuatnya sendiri dengan relatif mudah.
Pit Road 1/700 USS Hornet waterline display |
Tidak seperti
kapal induk modern, USS Hornet punya pola kamuflase yang cukup unik. Untungnya
Pit Road/Trumpeter menyediakan instruksi berwarna untuk membantu mereplikasi
kamuflase rumit tadi.
Pit Road 1/700 USS Hornet painting instruction |
Senjata utama
kapal induk adalah armada pesawatnya. Pit Road menyediakan pesawat yang biasa
dibawa kapal induk ini dengan lengkap. Mulai dari fighter F4F Wildcat, Torpedo
bomber TBD Devastator, sampai Dive Bomber SBD Dauntless. Disediakan selusin
model intik setiap jenis pesawat, jadi total ada 36 pesawat, cukup untuk
membuat model USS Hornet dalam kondisi operasional di flight & hanggar deck.
Pit Road 1/700 USS Hornet air power |
Tidak hanya itu,
misi paling bersejarah kapal ini adalah Doolittle Raid. Pit Road/Trumpeter juga
menyediakan opsi untuk memodelkan USS Hornet dalam misi ini. Tersedia 16 model
B25 Mitchell, pas dengan jumlah pesawat yang berpartisipasi dalam Doolittle
Raid.
Pit Road 1/700 USS Hornet B25 Mitchell |
Semua pesawat
diatas disediakan dalam bentuk multi part. Umumnya memiliki propeller dan
landing gear terpisah untuk menghasilkan detail yang baik. Panel line juga
tersedia dalam bentuk recessed. Semua model pesawat dicetak dengan plastik
transparan. Plastik transparan ini lebih ringkih dari plastik normal, jadi hati
hati sewaktu memotong dari sprue. Kelebihan penggunaan plastik transparan
adalah canopy bisa dibuat lebih realistis. Tempelkan masking di canopy, semprot
overall dengan warna gelap, lalu laburkan warna kamuflase aslinya. Jika
diakukan dengan benar akan membuat ilusi canopy yang realistis di 1/700.
Pit
Road/Trumpeter juga menyediakan decal yang cukup ekstensif untuk marking semua
pesawat.
Pit Road 1/700 USS Hornet Decal |
Teknologi
injection molding sudah cukup mature untuk menghasilkan parts yang cukup halus.
Tapi beberapa detail kapal di skala 1/700 belum bisa dibuat dengan injection
molding. Untuk area detail ini Pit Road menyediakan PE parts. Tersedia juga
instruksi terpisah untuk memasang PE parts ini.
Pit Road 1/700 USS Hornet PE parts |
Overall harga
mokit ini memang sedikit mahal. Part count banyak dan halus adalah plus minus
tersendiri. Pilihan opsi full hull atau waterline dengan display base
masing-masing adalah poin plus mokit ini. Dengan mokit ini anda bisa membuat
replika akurat dan detail dari salah kapal induk paling sukses di WWII. Kapal
induk yang terlibat di salah satu misi paling berbahaya yang mampu mengubah
arah WWII.
Jika anda berminat merakit model kapal induk bersejarah ini, silahkan kunjungi toko kami di www.rumahmokit.com , terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar