Revell 1/144 F-16C |
Karir pilot Boyd dimulai dari perang Korea
di F-86 Sabre. Nasib membuatnya hampir tidak bertemu MiG sehingga dia tidak
mencetak satupun kill “resmi”. Walau demikian, para petinggi menyadari potensi
pilot muda ini. Boyd kemudian ditugaskan untuk belajar di Nellis AFB, atau Fighter Weapons School ,
atau TOP-GUN nya USAF (walau sebenarnya TOP-GUN berdiri setelah FWS). Nellis
adalah tempat idaman setiap fighter pilot USAF. Disini pilot dilatih untuk
menerbangkan fighter sampai batasnya. Bahkan instruktur Nellis terkadang
menguji pesawat sampai diluar batas yang ditentukan pabrikan dan USAF test
pilot Edwards AFB. Nyali test pilot Edwards sudah terhitung diatas rata-rata,
namun pilot Nellis lebih tinggi lagi (mereka bahkan menyebut test pilot Edwards
dengan Edwards-puke hehehe). Kondisi penuh testosterone seperti ini kondusif
untuk mencetak fighter pilot terbaik. Namun memang ada harga yang harus
dibayar. Pesawat jatuh dan bahkan memakan nyawa pilot adalah hal yang biasa di
Nellis pada waktu itu.
Performa Boyd di Nellis sangat bagus
sehingga dia diangkat jadi instruktur. Pada saat ini dia menemukan sesuatu yang
revolusioner tentang manuver fighter. Sebagai bukti, Boyd mengeluarkan
tantangan dogfight 40 detik. Simulasi dogfight dimulai dalam posisi Boyd di
depan, penantang di belakang dalam posisi sempurna untuk menembak Boyd.
Penantang dianggap menang kalau bisa bertahan selama 40 detik atau bahkan bisa
menembak Boyd. Iya betul, penantang cukup perlu bertahan 40 detik dengan posisi
awal yang menguntungkan. Jika ada yang berhasil maka akan ditraktir steak oleh
Boyd. Terlihat sangat mudah kan .
Namun berbagai pilot sudah mencoba, dan semua gagal. Pada awalnya Boyd terlihat
jelas di depan mata. Namun dengan maneuver yang terlihat ajaib tiba-tiba Boyd
menghilang dan entah bagaimana muncul di belakang untuk membukukan gun kill
sempurna.
Beberapa pilot lain mungkin bisa melakukan
apa yang Boyd lakukan, beberapa bahkan lebih baik. Namun selain pilot, Boyd
juga seorang engineer. Boyd tidak ingin skill manuver ini hanya sebatas feeling
yang dikuasai pilot elit tertentu saja. Boyd merumuskan metode manuver tersebut
menjadi teori E-M (Energy Maneuverability) yang bisa dibuktikan secara
matematis dengan bantuan komputer. Teori E-M berguna untuk mencari set manuver
yang optimum fighter tertentu. F-100 Super Sabre yang dipakai saat melaksanakan
tantangan 40 second Boyd adalah pesawat yang cukup sulit diterbangkan dan bukan
pesawat yang lincah. Namun buktinya Boyd bisa melakukan manuver yang terlihat
ajaib, mampu merubah situasi dari defensif menjadi ofensif dalam waktu kurang
dari 40 detik secara konsisten. Seorang murid Boyd bahkan bisa menerapkan resep
dari teori E-M saat F-105 nya disergap MiG. F-105 adalah fighter bomber yang
jauh dari kata lincah. Namun dengan manuver tertentu F-105 bisa lolos dari
sergapan MiG yang jauh lebih lincah dan bahkan merontokkan MiG tersebut.
Teori E-M juga bisa diterapkan untuk mendisain
fighter baru. Boyd bekerjasama dengan para sahabat setianya seperti Pierre
Sprey, Harry Hillaker, dan banyak lagi. Mereka membentuk grup yang cukup
berpengaruh bernama fighter mafia. Setiap orang punya background masing-masing
yang bisa memberi masukan komprehensif bagi pengembangan teori E-M, terutama
saat ingin digunakan untuk mendisain fighter baru.
Teori E-M tidak menekankan keungulan satu
parameter tertentu, namun keseimbangan semua parameter fighter. Sebagai contoh
wing loading rendah memang membuat pesawat jadi lincah. Namun sayap besar yang
dibutuhkan untuk menghasilkan lift besar akan menambah drag dan berat yang akan
menurunkan performa. Thrust to weight besar juga sangat menguntungkan. Namun
hal ini berarti memakai mesin kuat yang boros bahan bakar. Konsekuensinya lebih
banyak bahan bakar perlu dibawa, menambah berat dan drag yang akan menegasikan
keunggulan besarnya thrust. Hasil dari analisis dan perhitungan mereka adalah
fighter ringan bermesin tunggal yang seimbang dalam berbagai parameter seperti
wing loading, thrust to weight ratio, fuel fraction, dll. Tidak ada parameter
yang menonjol, semua seimbang agar tidak saling menegasikan keunggulannya.
Dalam kondisi ideal, fighter rancangan Boyd
seharusnya disambut dengan baik. Performa disain terbukti secara matematis. Berat
ringan dan mesin tunggal berarti harga dan biaya operasional rendah. Namun pada
saat itu, dan mungkin sampai sekarang, mentalitas para petinggi adalah bigger
is better. Mereka ingin fighter dengan senjata dan fitur terbaru sebanyak
mungkin. Berat membengkak tidak masalah, tinggal pasang 2 mesin. Boros bahan
bakar yaa tinggal jejalkan sebanyak mungkin bahan bakar. Pesawat jadi berat,
yaa tinggal pasang sayap raksasa. Bagi mereka fighter yang besar, berat,
canggih, dan terutama mahal adalah sesuatu yang bagus. Bagi mereka yang
terpenting bukanlah memiliki fighter terbaik, tapi jangan sampai budget jatuh
ke angkatan lain.
Menghadapi resistensi besar, Boyd tidak
menyerah. Pada saat ini Boyd tidak lagi bertugas sebagai fighter pilot aktif. Medan perang Boyd saat ini
adalah di pentagon. Bukan dengan jet fighter, tapi dengan gerilya menyebarkan
pemahaman LWF (Light Weight Fighter) lewat briefing. Boyd dengan cerdas
mem-brief semua lapisan mulai dari perwira rendah sampai ke jendral. Konsep
yang dibawa Boyd tentang LWF bertentangan dengan pemahaman umum di USAF
sehingga mendapatkan perlawanan sengit. Namun Boyd benar-benar memahami konsep
yang dibawa, semua pertanyaan bisa dijawab dengan final.
Akhirnya perjuangan Boyd dan kawan-kawan
membuahkan hasil, USAF memutuskan untuk membuka tender LWF. Ada dua prototype yang bersaing di tahap
final: YF-16 vs YF-17. Kedua pesawat sama-sama bagus, namun akhirnya YF-16 yang
dipilih untuk kemudian dikembangkan jadi F-16.
Salah satu nilai plus yang membuat YF-16
lebih disukai para test pilot adalah kemampuan untuk melakukan transisi antar
manuver dengan lebih baik. Ternyata YF-16 didisain oleh Harry Hillaker, sahabat
Boyd yang ikut mengembangkan teori E-M. Hillaker tentu saja sangat memahami E-M
dan menerapkannya pada YF-16 menjadi pesawat yang sangat lincah.
F-16 adalah single engine fighter yang
kecil dan ringan. Single engine berarti konsumsi bahan bakar jauh dibawah twin
engine fighter. Ukuran kecil berarti drag rendah, ditambah lagi dengan fuel
fraction yang cukup besar membuat jangkauan F-16 terhitung cukup bagus, bahkan
lebih baik dari F-15. Hal ini menampar keras pihak yang berpendapat bahwa
fighter kecil tidak berguna karena jangkauannya pendek.
Harry Hillaker cukup selektif dalam mengintegrasikan
fitur baru demi menjaga ukuran dan bobot tetap rendah. Namun ada satu fitur
revolusioner yang diintegrasikan, yaitu kombinasi RSS (Relaxed Static
Stability) dan FbW (Fly by Wire). RSS berarti menggeser titik berat ke
belakang, mendekati dan bahkan melampaui center of lift. Hal ini membuat
pesawat jadi sangat lincah namun tidak stabil. Kestabilan disediakan secara
dinamis dengan FbW. Komputer memonitor serangkaian sensor untuk mengetahui
attitude pesawat. Komputer lalu memerintahkan defleksi seluruh bidang kontrol dengan
presisi agar pesawat bergerak sesuai perintah pilot. Proses ini berlangsung
kontinyu dan dilakukan oleh beberapa komputer sekaligus sebagai redundansi. Sistem
revolusioner ini ternyata sangat efektif dan handal sehingga hampir semua
fighter modern setelah F-16 didisain dengan RSS dan FbW.
Revell 1/144 F-16C
Revell 1/144 F-16C parts 1 |
Revell 1/144 F-16C parts 2 |
F-16 adalah fighter yang kecil, apalagi di
skala 1/144. Namun Revell menyediakan 4 sprue reguler dan 1 clear sprue untuk
model mungil ini. Semua parts dirakit dalam sekitar 30 step. Terlihat banyak,
tapi Revell memang terbiasa memberikan instruksi detail yang mudah diikuti.
Sebagai contoh ada gambar sudut anhedral elevator F-16 yang tepat dan jelas.
Revell 1/144 F-16C intake lip and cockpit tub |
Revell menyediakan kokpit yang berkualitas.
Side panel cockpit tub diperkaya tombol2 dalam bentuk raised relief. Bentuk
unik instrument panel F-16 ditangkap dengan baik. Instrument coaming juga dapat
sentuhan detail. Semua ditutup dengan one piece canopy yang cukup jernih.
Breakdown intake kit ini dicetak seperti
1/72, terbagi jadi 3 part dengan intake lip yang cukup tipis. Main landing gear
bay juga dicetak dengan sangat detail untuk ukuran 1/144. Landing gear door
dicetak dengan baik beserta dengan relief detail sisi dalamnya. Pada kit ini
tersedia opsi vertical tail dengan parabrake housing, tidak dipakai untuk F-16C
USAF, tapi sepertinya cocok untuk F-16 TNI-AU.
Revell 1/144 F-16C HARM and LGB |
Pilihan load out yang disediakan sangat
impresif. Centerline station bisa diisi drop tank atau ECM pod. Inner wing
station dipasangkan dengan drop tank yang dilengkapi decal. Modeler bisa
memilih HARM atau LGB untuk mengisi middle wing station. Jika memilih HARM,
tersedia AN/ASQ-213 HTS pod untuk dipasang dibawah intake. AMRAAM dan
Sidewinder tersedia untuk dipasang di outer wing station dan wingtip, lengkap
dengan decal marking.
Dalam kit ini disediakan decal special
untuk Texas ANG anniversary. Decal placement instruction dicetak besar dan
jelas. Bahkan disini juga ditunjukkan posisi static wick. Mungkin ada modeler
yang tertantang memasang static wick F-16 skala 1/144.
Overall standar kit pesawat 1/144 modern
sudah berkembang jauh. Part count dan kompleksitas kit F-16 1/144 ini mungkin
setingkat dengan 1/72 keluaran lama. Modeler berpengalaman akan bisa menangani
segudang part kecil di kit ini, merakitnya menjadi model F-16 skala 1/144 super
detail.
Silahkan kunjungi toko kami www.rumahmokit.com untuk memiliki kit ini dengan mudah, Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar