Revell 1/72 Gripen |
Guerilla fighter.
Jika ditanya fighter paling cocok untuk Indonesia ,
saya akan menjawab Gripen.
Tentu saja ada alasannya. Sejak dahulu Indonesia
telah sukses menerapkan perang gerilya melawan penjajah yang lebih kuat. Konsep
perang gerilya Indonesia konon
diadopsi juga oleh Vietnam
untuk mengalahkan Amerika. Gripen adalah fighter yang tepat untuk membawa
konsep perang gerilya ke udara.
Gripen didisain agar bisa take off-landing
dari landasan seadanya, bahkan dari jalan raya. Landasan sempit, pendek, dan
tidak steril pun masih layak untuk mengoperasikan Gripen. Tidak hanya itu,
Gripen juga bisa di-maintain dengan personnel dan peralatan minim. Sekarang
bayangkan wilayah Indonesia
yang luas dan jumlah pulau yang luar biasa banyak. Ada banyak area yang layak dijadikan
pangkalan tersebar bagi Gripen. Bisa dengan mengembangkan airstrip yang sudah
ada ataupun membuat lanud rahasia kecil baru. Sistem logistik terpadu juga
perlu dikembangkan untuk mensuplai lanud-lanud kecil ini dengan bahan bakar dan
kebutuhan lainnya. Struktur organisasi Gripen dipecah menjadi unit kecil yang
didukung pesawat transport CN-235. Setiap unit bisa dimobilisasi ke lanud aju
dengan cepat dan mudah saat dibutuhkan. Jika dilakukan dengan baik, musuh akan
kesulitan membaca kekuatan udara kita. Gripen bisa melakukan serangan mendadak
dari arah yang tidak terduga.
Gripen menggunakan sistem air refueling
probe and drogue sehingga mengisi bahan bakar dari tanker sekelas KC-130.
Memodifikasi CN-235 menjadi probe and drogue tanker sepertinya masih
memungkinkan. Berbeda sistem boom receptacle milik F-16 yang harus menggunakan
tanker besar milik USAF.
Selain itu Swedia juga unggul dalam hal
network centric warfare. Dimualai dari zaman Draken, kemudian Viggen, dan
disempurnakan di Gripen. Dalam sistem ini informasi bisa didistribusikan dengan
fleksibel antara fighter, AEW&C, radar darat, dan kapal laut. Tidak hanya
jago kandang, SAAB juga sukses mengimplementasikan konsep network centric
warfare ini di Thailand, membuat Gripen mampu berbagi informasi dengan kapal
perang secara cepat dan secure. Kalau di Thailand bisa, di Indonesia pun bisa.
Salah satu node terpenting dalam sistem
network centric warfare adalah pesawat AEW&C. SAAB punya sistem Erieye yang
sudah terintegrasi dengan Gripen. Erieye menggunakan sistem AESA, sehingga
dimensinya relatif kecil untuk kapabilitasnya. Kabar bagusnya lagi Erieye bisa
dipasang di berbagai pesawat berukuran sedang. Tidak menutup kemungkinan sistem
canggih ini bisa dipasang di CN-235.
Peran CN-235 di sistem yang kami propose
diatas cukup banyak dan kritikal. Sebagai pesawat kargo untuk support
deployment unit kecil Gripen ke pangkalan tersebar, tanker, dan AEW&C. Penggunaan
CN-235 secara ektensif akan meningkatkan kemandirian pertahanan Indonesia
sekaligus memacu pertumbuhan industri dirgantara nasional secara signifikan.
Belum lagi Swedia bersedia melakukan Transfer-of-Technology dengan porsi
signifikan dalam paket pembelian Gripen. Bayangkan kemajuan yang akan diraih Indonesia
dengan sistem ini.
Kelemahan terbesar Gripen ada pada
mesinnya. Jangan salah paham dulu, performa RM12 sangat bagus, match dengan
airframe Gripen. Walau hanya memakai satu mesin, RM12 terbukti sangat handal
dipakai patroli di area arktik yang ganas. Masalahnya RM12 sebenarnya adalah
F404 milik AS yang ditingkatkan dan diproduksi dengan lisensi. Artinya
penjualan RM12 dan suku cadangnya harus mendapat restu dari AS. Hal ini bisa
menimbulkan masalah politik dikemudian hari. Tapi masalah yang sama, dan bahkan
lebih parah akan terjadi kalau kita membeli sistem senjata lainnya buatan AS.
Gripen akan menjadi pilihan yang jauh lebih sempurna saat SAAB mampu
menyediakan pilihan mesin dari sumber yang lebih netral.
Revell 1/72 JAS-39 Gripen C.
Revell 1/72 JAS-39 Gripen C adalah mokit
cetakan baru Revell, bukan rebox Italeri/Tamiya. Kit ini lebih “mewah” dari
Gripen 1/72 sebelumnya. Sayangnya Revell masih menggunakan side opening box
pada kit ini. Untungnya setiap sprue diproteksi dengan kantong plastik sendiri
sendiri sehingga terhindar dari kerusakan saat pengiriman.
Kualitas kit ini bisa terlihat sejak awal
saat merakit kokpit. Ejection seat cukup detail, tersusun dari beberapa part.
Side panel direpresentasikan dengan raised relief. Stick dan throttle
disediakan dalam parts terpisah. Glass kokpit Gripen C direpresentasikan dengan
baik menggunakan decal.
Landing gear juga terkena sentuhan detail
yang bagus. Nose landing gear dirakit dari beberapa part untuk menangkap bentuk
kompleksnya dengan lebih baik. Main landing gear bay dicetak terpisah dari
fuselage/wing untuk memungkinkan pencetakan detail yang lebih baik.
Opsi yang diberikan Revell di kit ini juga
cukup banyak. Airbrake bisa dipasang di posisi terbuka. Refueling probe juga
bisa dipasang di posisi deployed. Tersedia 2 exhaust, dalam posisi terbuka dan
tertutup. Keduanya diperkaya surface detail yang tajam di sisi dalam dan luar.
Flaps dan aileron dicetak terpisah dari sayap. Komponen ini memang didisain
untuk ditempel dalam posisi netral. Namun berbekal foto referensi dan sedikit
pembedahan, keduanya bisa dipasang di posisi turun.
Revell menyediakan opsi load out untuk
ketiga misi Gripen, yaitu Jakt (Air-to-Air), Attack (Air-to-Surface), dan Spaning
(Recce). Tersedia IRIS-T, AMRAAM, RBS15, sepasang drop tank, dan sebuah recce
pod SPK39. Sayangnya tidak ada rudal METEOR. Tidak semua load out ini bisa
dibawa sekali terbang, tersedia petunjuk load out yang umum untuk setiap misi
pada instruction sheet. Seauai dengan standar kit 1/72 modern, setiap load out
juga dilengkapi decal.
Tersedia decal untuk membuat Gripen milik
Swedia dan Ceko. Ekor Gripen milik Ceko diperkaya graffiti unik yang
ditunjukkan di box art.
Overall harga mokit Gripen keluaran Revell
ini memang lebih tinggi dari kit Gripen generasi sebelumnya keluaran
Italeri/Tamiya. Kit Gripen keluaran Italeri/Tamiya berkualitas sangat baik
(kami pernah membuat beberapa), tapi kit Revell ini jauh lebih mewah.
Silahkan kunjungi toko kami www.rumahmokit.com untuk memiliki mokit ini dengan mudah, terimakasih.
Harga : 360.000 per 14.12.2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar