Eduard 1/72 MiG15 UTI |
The mini jet fighter
MiG-15 adalah jet fighter terbaik Soviet di
era perang Korea .
Fighter ini mampu menghentikan operasi bomber di siang hari dan menguasai udara
di atas Korea ,
memaksa Amerika menurunkan fighter terbaiknya, F-86 Sabre. Ada satu kejadian mengejutkan pada proses
kelahiran MiG-15. Kejadian ini sangat luar biasa bahkan sampai membuat Joseph
Stalin sendiri kaget.
Pada akhir perang WWII lahirlah monster
udara baru, fighter bermesin jet. Pada awalnya mesin jet memang punya beberapa
kelemahan dibandingkan dengan mesin piston. Boros bahan bakar dan throttle yang
sangat sensitive adalah beberapa diantaranya. Namun potensi mesin baru ini
terlihat jelas. Mesin baru ini mampu membuat fighter mencapai kecepatan lebih
tinggi dan membawa persenjataan lebih berat. Tampak jelas bahwa era fighter
bermesin piston sudah berakhir, digantikan dengan mesin jet.
Dalam WWII ada dua negara yang unggul dalam
pengembangan jet fighter, Jerman dan Inggris. Sebagai pemenang perang, Soviet
memboyong berbagai hasil riset Jerman termasuk jet fighter. Salah satu hasil
riset Jerman yang sangat bermanfaat adalah swept wing. Sayap tidak dipasang
tegak lurus sumbu pesawat, tapi miring ke belakang dengan sudut lumayan besar. Dengan
disain yang tepat, swept wing mampu mengurangi drag dan meningkatkan kestabilan
pesawat di kecepatan tinggi. Para disainer MiG
berhasil menerapkan konsep swept wing ke dalam prototype MiG-15. Disain MiG-15
benar-benar khas Soviet. Sederhana, kasar, tapi fungsional dan handal. Swept
wing ditempelkan ke tengah fuselage berbentuk tabung sederhana. Satu mesin jet
ditempatkan di dalam fuselage, mendapatkan pasokan udara dari air intake di
hidung.
Secara hitungan, disain ini memiliki drag
rendah, seharusnya mampu mencapai kecepatan tinggi. Masalahnya ada di mesin. Pada
awalnya Soviet membuat mesin jet berbasis mesin BMW dari Jerman yang menganut
aliran axial flow. Udara dari luar dimampatkan oleh serangkaian compressor yang
gampangnya berbentuk seperti kipas angin/fan. Setiap fan blade adalah sebuah
airfoil tersendiri. Saat diputar akan mendorong udara ke belakang, mengkompresi
udara tersebut agar siap untuk fase pembakaran. Udara terkompresi tadi dicampur
dengan bahan bakar dan dibakar di combustion chamber. Hasilnya adalah udara
panas bertekanan tinggi yang siap untuk memutar turbin dan menyediakan daya
dorong. Putaran turbin digunakan untuk memutar kompresor, menyediakan udara
terkompresi untuk siklus berikutnya. Sistem ini disebut axial flow karena udara
mengalir sesuai sumbu mesin dari compressor sampai ke turbin dan nozzle. Sistem
axial flow berukuran ringkas dan ringan, punya potensi untuk menyediakan
dorongan maksimum secara efisien. Hampir semua mesin jet saat ini menggunakan
sistem axial flow.
Masalahnya sistem axial flow butuh
manufacturing yang sangat presisi dan metalurgi tingkat tinggi. Kedua hal ini
belum dimiliki Soviet di akhir 40an. Hasilnya performa mesin jet axial flow
Soviet yang berbasis mesin BMW tidak memuaskan.
Pada saat itu perang dingin sedang
berlangsung, Soviet butuh armada MiG-15 segera beroperasi pada performa
optimumnya. Soviet butuh mesin jet performa tinggi yang bisa diproduksi dengan keterbatasan
kepresisian manufacturing dan metalurgi yang dimiliki pada waktu itu. Ada satu mesin jet yang
memenuhi syarat, Rolls Royce Nene.
Pada dasarnya prinsisp kerja RR Nene mirip
dengan mesin axial flow. Udara dikompresi, dibakar sehingga bertekanan tinggi,
lalu ditembakkan ke belakang untuk memutar turbin dan menyediakan daya dorong.
Perbedaan utama ada di sistem kompresi udara. Mesin axial flow menggunakan fan
yang kasarnya berbentuk seperti kipas angin, sementara RR Nene menggunakan
impeller. Impeller adalah sebuah lingkaran padat dengan beberapa pelat radial.
Saat impeller diputar, pelat radial akan mendorong udara dalam lintasan
melingkar. Gaya
sentrifugal akan melempar udara tersebut ke sisi luar lingkaran. Udara ini akan
ditangkap oleh beberapa combustion chamber di sisi luar impeller. Proses
selanjutnya mirip dengan axial flow engine, udara dibakar dan digunakan untuk
memutar turbin sekaligus menyediakan daya dorong.
Sistem centrifugal compressor seperti RR
Nene ini berukuran lebih lebar dan berat dari mesin serupa bekonfigurasi axial
flow. Akan tetapi mesin ini bisa diproduksi dengan toleransi manufacturing yang
lebih besar. Teknik metalurgi yang diperlukan pun tidak setinggi mesin axial
flow. Soviet mampu memproduksi mesin ini dalam jumlah besar dengan teknologi
saat itu.
Masalahnya Rolls Royce Nene adalah mesin
jet centrifugal compressor terbaik milik Inggris dan bahkan semua negara barat.
Adalah sesuatu yang mustahil mengharapkan negara barat seperti Inggris untuk
memberikan teknologi tercanggihnya kepada Soviet. Akan tetapi sejarah terkadang
lebih konyol dari cerita fiksi. Minister of Trade Inggris, Sir Stafford Cripps
dengan restu perlemen menjual disain RR Nene ke Soviet. Iya, Inggris bersedia
memberikan teknologi mesin jet tercanggih di barat saat itu kepada Soviet. Stalin
sendiri hampir tidak bisa mempercayai hal ini, bahkan sampai berkata : “Who in their right mind would sell
anything like this to us?”
Soviet tentu saja tidak menyia-nyiakan hal ini. Mereka mempelajari
RR Nene habis-habisan. Selanjutnya mereka membuat banyak sekali mesin RD-45
yang nyaris sama persis dengan RR Nene, tentu saja tanpa membayar royalti. Inggris
rugi dua kali lipat dari transaksi ini. Teknologi mesin jet tercanggihnya jatuh
ke tangan musuh dan tanpa dapat bayaran yang pantas.
RR Nene mentransformasi MiG-15 sama seperti RR Merlin
mentransformasi P-51 Mustang. Potensi airframe MiG-15 mencapai puncaknya dengan
mesin ini. Pesawat ini menjadi jet fighter paling cepat dan lincah pada waktu
itu, hanya bisa diimbangi oleh F-86 Sabre.
Potensi MiG-15 terbukti di perang Korea . Di awal perang Amerika
memutuskan untuk menyimpan F-86 Sabre, tidak menurunkanya. Hasilnya PBB
berperang dengan menggunakan straight wing fighter seperti F-80 dan F-84.
Walaupun sama-sama bermesin jet, swept wing MiG-15 mampu membawanya ke
kecepatan lebih tinggi. MiG-15 berada sekelas diatas straight wing fighter PBB.
Tidak ada fighter PBB yang mampu melawannya. MiG-15 bahkan bisa dengan leluasa
membantai armada bomber B-29. Kecepatan tinggi MiG-15 membuat para gunner B-29
tidak punya waktu untuk membidik. Saat sudah dekat dua pucuk senapan mesin 23mm
dan sepucuk kanon 37mm memberikan hantaman berat yang fatal, bahkan bagi bomber
sebesar B-29. Armada bomber Amerika memang sudah terbiasa menghapi sergapan
fighter lawan, tapi tidak seganas ini. Loss rate yang luar biasa memaksa
Amerika menghentikan operasi pemboman B-29 di siang hari.
MiG-15 baru menemukan lawan sebanding saat Amerika menurunkan F-86
Sabre. Walaupun sama-sama swept wing jet fighter, karakteristik keduanya cukup
berbeda. Karena awalnya didisain untuk mencegat B-29, MiG-15 punya sevice
ceiling lebih tinggi. Pilot MiG-15 sering memanfaatkan hal ini, mereka biasa
memulai dogfight dengan menukik dari ketinggian yang tidak bisa dicapai F-86. Sayangnya
keuntungan ini tidak bisa dieksploitasi secara maksimum karena MiG-15 menjadi
tidak stabil di kecepatan supersonic. Bahkan airbrake MiG-15 didisain untuk
mengerem pesawat secara otomatis sebelum mencapai kecepatan suara. Thrust to
Weight ratio MiG-15 lebih baik dari F-86, sehingga performa climbing MiG-15
lebih baik. Kanon 23mm dan 37mm MiG-15 menyediakan hantaman yang jauh lebih berat
dari 6 pucuk senapan mesin 12.5mm milik F-86 di jarak dekat. Akan tetapi rate
of fire dan akurasi jarak jauh kanon
MiG-15 cukup payah. Hal ini diperparah dengan gunsight primitive yang ada di
MiG-15. Pilot MiG-15 perlu sangat ahli atau sangat beruntung untuk bisa menembak
target seukuran fighter dari jarak maksimum.
Performa MiG-15 yang baik dan sistemnya yang tidak user friendly
membuatnya hanya cocok diterbangkan oleh piot berpengalaman. MiG-15 mengalami
banyak kekalahan saat diterbangkan pilot China dan Korea Utara yang masih
junior. Akan tetapi pilot F-86 mendapatkan kesulitan sangat besar saat berhadapan
dengan MiG-15 yang diawaki pilot veteran Soviet.
MiG-15 bukanlah pesawat yang mudah dikendalikan pilot junior. Oleh
karena itu dibutuhkan pesawat trainer yang bisa mensimulasikan karakteristik
MiG-15 dengan baik. Solisinya adalah MiG-15 UTI yang merupakan versi kursi
tandem dari MiG-15. Efektifitas traning pilot dengan MiG-15 UTI dirasa sangat
baik, sehingga Soviet tetap menggunakannya untuk melatih pilot pesawat generasi
selanjutnya seperti MiG-17, MiG-19, dan bahkan MiG-21.
Banyak negara yang tertarik membeli pesawat ini, termasuk Indonesia .
Pada masa Trikora , Indonesia membeli berbagai macam
fighter dari Soviet, seperti MiG-15, MiG-17, MiG-19, dan MiG-21. Indonesia
juga melengkapi armada fighter ini dengan trainer MiG-15 UTI untuk mencetak
pilot professional.
Eduard 1/72 MiG-15 UTI
Per November 2015, kit keluaran Eduard ini adalah mokit MiG-15 UTI skala
1/72 terbaik di pasaran. Kualitas ini bisa terlihat dimulai dari packing-nya.
Eduard menyediakan kotak yang cukup kuat dan kaku, mencegah kerusakan saat
pengiriman. Eduard juga membungkus setiap sprue dalam plastik tersendiri,
menghindari gesekan dan cacat pada parts yang halus.
Eduard 1/72 MiG15 UTI clear parts |
Eduard 1/72 MiG15 UTI PE |
Kokpit adalah bagian paling prominent dari model pesawat, apalagi di
pesawat mungil berkursi dua seperti MiG-15 UTI. Di area inilah mokit ini
unggul. Eduard menyediakan sebuah color PE fret besar berisi 36 parts. Hampir
semua PE parts ini dijejalkan ke kokpit. Ejection seat, instrument panel, dan
side panel tidak luput dari sentuhan detail PE. Semua PE
parts sudah di cat oleh Eduard, menjamin anda bisa membuat replika akurat dari
kokpit MiG-15 UTI dengan mudah. Tantangannya adalah memasang semua PE Parts
halus di area kokpit yang sempit dan menemukan cat yang matching dengan warna
hijau khas kokpit Soviet. Semua hasil kerja keras untuk detailing kokpit akan
terlihat jelas dari luar berkat canopy tipis dan transparan. Eduard juga
menyediakan pre cut masking tape untuk membantu mengecat canopy frame dengan
akurat dan tajam.
Eduard 1/72 MiG15 UTI parts |
Eduard 1/72 MiG15 UTI parts 2 |
MiG-15 UTI adalah fighter berukuran kecil, di 1/72 ukurannya hanya
sekitar 13x15 cm. Walau mungil Eduard menyediakan banyak plastic parts. Total
ada 3 sprue hijau tua dan satu sprue clear di kit ini. Sprue clear pun tidak hanya
berisi canopy saja, tapi juga parts untuk detail kokpit dan berbagai lensa
lampu. RR Nene dipasang di tengah fuselage, Eduard mensimulasikan hal ini
dengan detail turbin yang ditempatkan cukup dalam di fuselage.
Fighter seperti MiG-15 akan terlihat cantik dalam kondisi clean. Eduard
menyediakan sayap yang polos tanpa lubang untuk keperluan ini. Tapi jika anda
lebih suka tampilan MiG-15 sedang membawa drop tank, Eduard menyediakan dua
tipe drop tank. Pemasangannya pun mudah, tinggal bor beberapa titik yang
ditujukkan di instruction di sayap.
Eduard menyediakan beberapa pilihan decal dalam kit ini. Anda bisa
membuat MiG-15 UTI milik Soviet, Aljazair , Finland , Chech, dan tentunya milik Indonesia .
Overall kit ini adalah MiG-15 UTI 1/72 paling detail yang ada di
pasaran. Dengan kesabaran dan teknik yang tepat, Color PE Fret besar di kit ini
akan menjelma menjadi kokpit MiG-15 UTI yang sangat realistis. Kemungkinan
untuk membuat pesawat milik AURI adalah sebuah nilai tambah kit ini bagi
modeler Indonesia .
Silahkan kunjungi toko kami, www.rumahmokit.com untuk memiliki kit ini dengan mudah. Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar