Hasegawa 1/72 F20 Tigershark |
a F-5 Tiger successor
Pada tahun 60an Northrop memproduksi
pesawat yang sangat cost effective, yaitu F-5 Tiger. F-5 adalah pesawat kecil,
murah, dan handal, membuatnya dipakai oleh banyak negara dengan budget terbatas
tapi butuh fighter dalam jumlah besar. Tidak hanya murah, performa F-5 juga
membuatnya dipakai oleh negara yang paling pemilih dalam urusan senjata, yaitu
Swiss. Sebagai catatan, Swiss adalah negara netral yang harus punya cukup kekuatan
untuk mempertahankan diri sendiri. Jadi Swiss hanya memilih sistem senjata
paling tepat untuk militernya.
Melihat kesuksesan F-5 diatas, wajar kalau
Northrop ingin melahirkan generasi berikutnya dari pesawat ini. Northrop ingin
mempertahankan harga rendah, kehandalan, dan kelincahan F5 Tiger. Selain itu
Northrop ingin memperbaiki akselerasi dan menambahkan kemampuan BVR.
Akselerasi pesawat ditingkatkan dengan
penggantian mesin. F5 memakai dua mesin turbojet J85, sedangkan pesawat
generasi baru nanti akan memakai satu mesin turbofan GE F404 yang lebih modern.
Kemampuan BVR didapat dengan pemakaian rudal
AIM-7 Sparrow. Performa AIM-7 di perang Vietnam memang mengecewakan. Tapi
perkembangan teknologi elektronika berjalan dengan cepat, meningkatkan performa
AIM-7 secara signifikan sehingga rudal ini pantas melengkapi fighter masa depan.
AIM-7 perlu dipandu radar, sehingga bentuk hidung F-5 direvisi untuk menampung
radar yang cukup besar.
Pada awalnya pesawat generasi terbaru ini
akan diberi nama F-5G. Akan tetapi modifikasi yang dilakukan terlalu besar. Karakter
pesawat pun berubah jauh. Perlu designasi baru yang lebih mencerminkan pesawat
baru ini, lahirlah F-20 Tigershark.
Sejak awal F-20 memang ditujukan untuk
pasar ekspor, mengulang kesuksesan F-5 sebelumnya. F-20 didisain dengan
teknologi yang lebih baik dari F-5 tapi masih dibawah teknologi yang digunakan
di pesawat operasional Amerika pada waktu itu (F-16). Sehingga harga bisa
ditekan rendah dan izin ekspor pun lebih mudah. Kemiripan dengan F-5 juga
dianggap poin plus tersendiri. Diharapkan F-20 bisa menjadi pengganti yang
mudah bagi ratusan armada F-5 di seluruh dunia.
Ketidaktertarikan USAF dan pangsa pasar
ekspor yang jelas membuat Northrop berani membiayai RnD F-20 dari kocek
sendiri. Northrop bisa dengan bebas mendefinisikan performa dan karakter pesawat
yang dibuat. Tidak ada meeting dan konsultasi berkepanjangan dengan petinggi USAF.
Proses RnD berlangsung cepat dan murah. Hasilnya adalah F-20 yang secara teknis
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Northrop. Namun pada akhirnya, taruhan
besar Northrop ini ….. gagal.
Secara teknis F-20 cukup berhasil. Tidak
fair membandingkan F-20 dengan F-16. Jangkauan dan kemampuan multi misi F-20
memang kalah dibandingkan dengan F-16. Hal ini memang wajar, sesuai disain
awalnya yang memang mematok performa dan harga dibawah F-16. Diluar itu F-20
memilki scramble time lebih singkat dari F-16, menjadikannya cocok untuk misi
pertahanan udara jarak dekat.
Kegagalan F-20 ada di proses pemasarannya.
Calon pembeli terbesar F-20 adalah Taiwan . Negara ini perlu memodernisasi
armada F-5 Tiger nya, dan F-20 memiliki kualitas dan harga yang tepat untuk
peran ini. Taiwan
menyukai F-20 dan ingin membelinya dalam jumlah cukup besar. Nasib berkata
lain, pada saat F-20 siap, hubungan Washington-Beijing membaik. Penjualan F-20
ke Taiwan
pun dibatalkan untuk menjaga hubungan baik dengan Cina.
Penjualan F-20 ke negara lain pun
terhambat. Para calon pembeli menginginkan
F-20 juga dipakai oleh USAF. Ini adalah permintaan yang wajar. Jika F-20 juga
dioperasikan USAF, maka support dan sparepart akan lebih terjamin. Selain itu
volume produksi yang lebih besar akan menurunkan harga. Masalahnya USAF tidak
tertarik, karena sudah memiliki fighter kelas berat F-15 dan kelas ringan F-16.
Menyadari hal ini, Northrop melirik satu pelanggan potensial lain, yaitu US
NAVY. US NAVY sudah lama menggunakan F-5 sebagai pesawat aggressor,
mensimulasikan MiG yang kecil dan lincah. Potensi volume penjualan ini kecil
tapi cukup bergengsi. Sayangnya langkah Northrop ini dijegal oleh General
Dynamics. F-16 ditawarkan untuk pesawat aggressor dengan harga diskon yang sama
rendahnya dengan F-20. Menyadari performa F-16 yang lebih bagus dan harga
(diskon) nya sama dengan F-20, US NAVY pun memilih F-16.
Kematian F-20 pun dipastikan pada masa
pemerintahan Reagan. Di masa ini kebijakan ekspor senjata canggih, termasuk
F-16 diperlonggar. F-20 memang cost effective untuk menghadapi ancaman
potensial yang diproyeksikan akan dihadapi negara berkembang. Akan tetapi
prestise dan deterrent F-20 kalah dari F-16. Faktor prestise dan deterrent ini
lebih diutamakan oleh negara-negara berkembang dalam membeli sistem senjata.
Hasilnya F-16 menjadi pesawat tempur modern terlaris di dunia, sedangkan F-20
berhenti sampai disini saja.
Hasegawa 1/72 F20 Tigershark
Hasegawa mengeluarkan beberapa kit pesawat
skala 1/72 dalam kotak kecil, salah satunya adalah F20 Tigershark ini. Jika
dilihat sepintas, seri ini memang tidak istimewa. Semua part, kecuali yang
transparan dibungkus dalam satu kantong plastik. Part count cukup sedikit. Tidak
ada material eksotis seperti photo etched ataupun resin.
Hasegawa 1/72 F20 Tigershark parts |
Lihatlah lebih dalam lagi. Plastik Hasegawa
di seri ini cukup keras sehingga cacat akibat goresan antar part yang
dikumpulkan di satu kantong sangat jarang terjadi. Part count memang sedikit karena
Hasegawa dengan cerdik memaksimalkan detail dalam sebuah part. Part juga
dicetak dengan ketebalan yang tepat, terutama di area sayap F20 yang memang
tipis. Selain itu panel line mokit seri ini sangat halus dan konsisten, akan
terlihat bagus setelah di cat. Ditambah lagi dengan part fitting Hasegawa yang
terkenal presisi membuat mokit ini bisa dirakit dengan mudah dan menghasilkan
model yang bagus.
Hasegawa 1/72 F20 Tigershark wing |
Area kokpit sesuai dengan karakter mokit
ini, tidak istimewa tapi bagus. Instrument panel direpresentasikan dalam bentuk
decal, cukup bagus untuk skala 1/72. Ejection seat tersedia dalam bentuk
sederhana. Tidak ada detail seat belt, tapi tersedia figure pilot dengan detil
yang cukup oke. Canopy bisa diposisikan terbuka atau tertutup, lengkap dengan
mekanisme bukaan canopy yang cukup detail. Jika anda memilih untuk membuka
canopy, tersedia tangga kokpit sederhana untuk membantu pembuatan diorama.
Selain cockpit, area lain yang cukup
mencolok di model pesawat adalah landing gear. Nose landing gear dengan cerdik
dicetak dalam sebuah part dengan tetap mempertahankan detail dan akurasi.
Landing gear bay door memang sedikit tebal, tapi dilengkapi detail relief sisi
dalam yang cukup bagus.
Hasegawa 1/72 F20 Tigershark landing gear |
Marking tersedia dalam bentuk waterslide
decal. Decal standar Hasegawa memang agak tebal. Modeler berpengalaman mungkin
akan memilih aftermatket decal untuk hasil yang sempurna. Akan tetapi decal
standar ini masih bisa dipakai untuk hasil yang cukup memuaskan.
Hasegawa 1/72 F20 Tigershark decal |
Hasegawa menyediakan load out lengkap untuk
misi utama F20, yaitu air superiority. Tersedia sebuah drop tank besar di
centerline dan sepasang drop tank yang lebih kecil di inboard wing station. Wingtip
bisa dilengkapi dengan sepasang rudal Sidewinder. Sekali lagi detail rudal
sidewinder memang sederhana, tapi dicetak dengan sangat baik oleh Hasegawa. Fin
rudal dicetak dengan ketipisan yang pas dan konsisten.
Overall F20 adalah pesawat yang cukup
jarang dibuat mokitnya, terutama di skala 1/72. Mokit ini cukup sederhana dan
part fitting sangat baik, cocok untuk modeler pemula. Dengan usaha minimal bisa
menghasilkan model yang cukup oke. Harga yang cukup murah dan bentuk dasar yang
baik juga membuat kit ini cocok untuk modeler yang berpengalaman. Anda bisa
masih punya cukup budget untuk menambahkan Aftermarket decal dan detail parts
untuk membuat model yang mengagumkan.
Silahkan kunjungi toko kami, www.rumahmokit.com untuk memiliki mokit ini dengan mudah dan murah. Terimakasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar