Revell 1/144 F/A-18D Hornet |
Perkembangan teknologi begitu pesat, tapi mengapa sampai saat ini belum ada forward swept wing (FSW) fighter operasional?
Ternyata ini ada hubungannya dengan F/A-18 Hornet.
Secara teoritis FSW mampu melakukan manuver ekstrim berkat
spanwise flow yang mengalir kedalam menuju fuselage. Hal ini menjaga bidang
kontrol tetap efektif pada AoA tinggi. Beberapa perhitungan juga
mengindikasikan reduksi drag saat terbang normal. Masalahnya kestabilan statis
FSW cukup rendah, akan sangat sulit dikendalikan dengan cara biasa. Selain itu
wingtip FSW bisa melengkung keatas karena tekanan aerodinamis, meningkatkan
AoA. AoA wingtip membesar, lift juga akan membesar, membuat wingtip melengkung
keatas lebih jauh lagi. Kondisi ini bisa berlanjut terus dan berpotensi
mematahkan sayap di udara.
Walau terlihat mustahil, Amerika pernah berhasil membuat
pesawat FSW seukuran fighter, yaitu X-29. Sayap X-29 didisain dengan composite
tailoring yang membuat wingtip melengkung kebawah saat ada tekanan aerodinamis
keatas, memberikan gaya
penyeimbang kebawah yang bisa mencegah sayap patah saat terbang.
Ketidakstabilan FSW berhasil dijinakkan dengan Fly by Wire. Hasilnya X-29
berhasil terbang, dan memiliki manuverabilitas jarak dekat superior. Sampai
titik ini masa depan terlihat cerah bagi FSW, kesulitannya sudah bisa diatasi
dan performa bagus. Kemudian X-29 harus diuji melawan fighter standar pada masa
itu untuk mengetahui sejauh mana keunggulannya terhadap teknologi konvensional.
Kelebihan utama FSW adalah manuverabilitas jarak dekat. Jadi
dipilihlah F/A-18 Hornet, fighter sayap konvensional dengan manuverabilitas
jarak dekat terbaik yang dimiliki Amerika saat itu sebagai lawan tanding X-29.
Single engine fighter dengan sayap eksotik vs twin engine fighter berat dengan
sayap konvensional. Banyak yang berharap X-29 bisa menang mudah seperti saat F-16
diuji melawan F-4. NASA mendokumentasikan uji terbang ini dengan sangat baik dalam
e-book Sweeping Forward yang bisa (semoga masih bisa) didownload di website
mereka. Singkatnya X-29 adalah fighter yang bagus, tapi tidak punya keunggulan
signifikan saat diuji melawan F/A-18 Hornet. Ada banyak hal positif yang bisa diambil dari
proyek X-29, tapi FSW bukan salah satunya. Jika saja saat itu lawannya bukan
Hornet, mungkin X-29 masih mampu menunjukkan superioritas manuver jarak dekat
khas FSW.
Pertanyaannya bagaimana naval fighter berat bermesin ganda
bisa mengimbangi X-29?
F/A-18 adalah fighter yang dikembangkan dari YF-17,
kompetitor YF-16 dalam kompetisi LWF. Para
perancang YF-17 harus memutar otak ekstra agar twin engine fighter mereka bisa
bersaing dengan YF-16 yang bermesin tunggal. Salah satu resepnya adalah reduksi
kestabilan statis untuk mempertajam respons pesawat. Ketidakstabilan yang
timbul dari metode ini dijinakkan dengan FBW. YF-17 juga dilengkapi LERX
(Leading Edge Root eXtention) besar untuk membantu kontrol pesawat pada AoA
tinggi. Hasilnya adalah fighter yang relatif berat, tapi bisa bermanuver ketat
pada AoA tinggi.
Mesin F404 milik Hornet punya kehandalan tinggi. Sebagai gambaran,
Gripen hanya memakai satu mesin F404, dan aman untuk bertugas di daerah arktik
yang ganas. Jika satu F404 sudah sehandal itu, apalagi dua mesin milik Hornet.
Kode F/A pada Hornet berarti pesawat ini mampu menjalankan
peran sebagai fighter dan attacker sekaligus. Sejak awal Hornet didisain dengan
avionik untuk melaksanakan kedua fungsi tersebut. Radar yang dibawa Hornet
mampu mendeteksi target udara dan darat secara optimal. Kokpit Hornet juga
didisain ergonomis dengan sistem HOTAS, artinya pilot bisa mengontrol hampir
semua fungsi pesawat dari control stick dan throttle saja. Disain ini sangat
membantu pilot melaksanakan misi udara dan darat dengan fleksibel.
Hornet bisa membawa hampir semua persenjataan air-to-air dan
air-to-ground milik US NAVY dan USMC. Sebut saja Sidewinder, Sparrow, AMRAAM,
Harpoon, Maverick, HARM, dan berbagai bom jatuh bebas maupun berpemandu
laser/satelit. Tersedia 9 pylon untuk membawa persenjataan tersebut. Dalam
konfigurasi tertentu, Jumlah persenjataan yang bisa dibawa Hornet luar biasa
banyak. Contohnya wing pylon dapat dipasangi twin launcher untuk AMRAAM.
Sehingga sebuah Hornet pernah terlihat membawa 2 sidewinder di wingtip dan 10
AMRAAM!!!!! .
F/A-18 C/D adalah pengembangan dari F/A-18 A/B. Secara fisik
hampir tidak ada perbedaan yang terlihat di luar. Pengembangan pada C/D
difokuskan pada kemampuan pertempuran malam. C/D mampu membawa FLIR pod, dan
pencahayaan kokpit didisain NVG compatible. Tipe D adalah varian kursi dua yang
full combat capable. Back seater sangat berguna sebagai weapons system operator
pada misi air-to-ground yang kompleks. Selain itu back seater juga berperan
penting untuk mengarahkan serangan dengan presisi dalam misi FAC(A) /Forward
Air Controller-Airborne.
Hornet jelas bukan fighter yang sempurna. Keinginan untuk
bisa melakoni semua misi butuh kompromi yang menyebabkan kelemahan di banyak
aspek. Salah satu yang paling signifikan adalah fuel fraction yang terlalu
rendah. Hornet membawa lebih sedikit bahan bakar per berat pesawat daripada
fighter lain di kelasnya. Bahan bakar yang sedikit ini harus dibagi ke dua
mesin, menyebabkan jarak terbang Hornet tergolong pendek. Hal ini adalah
masalah serius mengingat jarak adalah pertahanan sekaligus penyerangan kapal
induk. Kapal induk akan memenangkan pertempuran saat bisa menemukan dan
menetralisir musuh pada jarak lebih jauh dari jangkauan musuh. Dan jarak
tersebut ditentukan oleh jangkauan pesawatnya. Semakin pendek jangkauan pesawat
maka kemungkinan kapal induk untuk mendeteksi musuh lebih dulu semakin kecil.
Selain itu bobot pendaratan maksimum Hornet termasuk kecil. Sehingga Hornet
tidak bisa mendarat dengan membawa banyak bahan bakar dan persenjataan sisa.
Konsekuensinya persenjataan mahal yang tidak terpakai dalam pertempuran harus dibuang
sebelum mendarat. Dan yang lebih berbahaya lagi pilot Hornet hanya bisa
mendarat dengan sedikit sisa bahan bakar, mengurangi jumlah pengulangan
pendaratan gagal yang bisa dilakukan.
Kelemahan tadi direncanakan diperbaiki oleh F/A-18E/F Super
Hornet yang lebih besar. Super Hornet mampu mendarat dengan sisa bahan bakar
dan persenjataan lebih banyak dari Hornet. Super Hornet juga membawa lebih
banyak bahan bakar dalam airframe yang lebih besar. Namun sayangnya penambahan
jarak yang berhasil dilakukan tidak signifikan karena bobot dan ukuran Super
Hornet yang membengkak. Selain itu untuk memastikan weapons separation yang
aman, wing pylon Super Hornet terpaksa dipasang melebar keluar, menambah drag
yang mereduksi jarak dan kecepatan maksimum. Sehingga walau secara keseluruhan
ada peningkatan, tapi di beberapa aspek Hornet tetap lebih baik dari Super
Hornet. Hal ini mungkin salah satu sebab mengapa Kanada baru-baru ini berencana
membatalkan pesanan Super Hornet-nya dan malah membeli Hornet bekas Australia .
Revell 1/144 F/A-18D Hornet
Revell 1/144 F/A-18D adalah kit skala 1/144 yang detail dan
kompleks. Kit ini terdiri dari dua sprue reguler besar dan satu clear sprue
untuk canopy. Revell menjelaskan tahapan perakitan dengan jelas dalam 21
langkah, bahkan lebih kompleks dari kit 1/72 biasa.
Kokpit kit 1/144 ini tergolong detail, terdiri dari cockpit
tub, ejection seat, control stick, dan instrument panel terpisah. Ejection seat
dicetak dalam satu part, tapi dengan bentuk yang cukup baik, terutama dalam
skala 1/144. Dengan perakitan dan pengecatan yang tepat, kokpit akan terlihat
sangat detail dari luar. Windshield dicetak terpisah dari canopy, mempermudah
pembuatan pose canopy terbuka, tentu saja dengan scratch build mekanisme
pembukaan canopy.
Part breakdown pada kit ini terlihat bagus, seimbang antara kemudahan perakitan dan molded detail. Panel line beraliran recessed yang tajam dan konsisten. Sayap dicetak dalam posisi terbang. Ini adalah berita bagus mengingat detail wing fold memang terlalu halus di skala 1/144 untuk bisa dicetak dengan baik menggunakan styrene. Sisi samping mesin beserta fuselage station dicetak dalam part terpisah untuk detail lebih tajam. Exhaust petal terlihat bagus dan dicetak cukup tipis.
Detail internal landing gear bay dicetak cukup bagus.
Landing gear Hornet yang kokoh juga terlihat cukup bagus di kit ini. Landing
gear door dicetak menyatu untuk mempermudah pembuatan pose terbang. Landing
gear door bisa dipotong dengan mudah dengan panduan instruction sheet yang
jelas untuk membuat konfigurasi di darat.
Secara jujur kelemahan kit ini ada di rudal nya. Secara
overall Hornet dicetak dengan detail luar biasa bagus. Centerline drop tank dan
wing pylon dicetak dengan detail memuaskan. Dua sensor pod pada fuselage
station juga dicetak cukup bagus. Sayangnya kualitas rudal yang disertakan
tidak sebagus komponen-komponen lainnya. Revell menyediakan Sidewinder,
Harpoon, HARM, dan Maverick untuk mengisi penuh semua pylon Hornet. Namun
sayangnya fin setiap rudal dicetak terlalu tebal, dan tidak dilengkapi decal
marking. Tapi disinilah seru nya hobby mokit. Modeler tetap dapat memodifikasi
sendiri bentuk rudal sesuai referensi masing-masing. Justru ada kebanggaan
tersendiri saat berhasil melakukannya. Alternatif lainnya adalah memanfaatkan
sisa load out dari kit Dragon 1/144 F-5/F-14/F-18 E/F. Kit Dragon tersebut
biasanya dilengkapi rudal/bom detail yang sangat banyak.
Kejutan berikutnya dari Revell adalah decal sheet besar,
sebesar decal sheet 1/72 biasa. Tersedia dua pilihan marking VMFA(AW)-224 yang
hi-viz dan VFA-125 yang lebih sederhana.
Overall Revell 1/144 F/A-18D ini cocok untuk modeler yang
tidak punya lemari besar untuk memajang model. Ukurannya kecil, tapi cukup kaya
akan detail. Tantangan kit ini adalah rudal yang kurang detail, bisa diatasi
dengan membuat konfigurasi clean, modifikasi rudal bawaan, atau memanfaatkan
sisa dari kit lain. Jika dibuat dengan teliti dan sabar, kit ini bisa menjelma
jadi model kecil tapi berkulitas tinggi.
Silahkan kunjungi toko kami www.rumahmokit.com untuk memiliki kit ini dengan mudah, Terimakasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar