Boeing 737 adalah twin engine single aisle jet airliner yang
sangat populer. Seri original (-100 dan -200) airliner ini diluncurkan pada tahun
60an. Pada tahun 80an Boeing mengaplikasikan beberapa teknologi terbaru untuk
menyempurnakan 737 menjadi seri Classic (-300, -400, dan -500). Seri Classic kemudian
disempurnakan menjadi seri NG di tahun 90 an.
Perbedaan paling mencolok antara seri Classic dengan Original
adalah mesinnya. 737 Original menggunakan low bypass turbofan JT8D, sementara seri
Classic memakai high bypass turbofan CFM56.
Bypass ratio sangat menentukan karakteristik mesin turbofan.
Berbeda dengan turbojet, mesin turbofan tidak membakar semua udara yang
melewatinya. Bagian paling depan mesin ini dilengkapi fan dengan diameter lebih
besar dari core engine. Udara yang melewati tengah fan akan dialirkan ke core
engine. Disini udara akan mengalami kompresi, pembakaran, dan memutar turbin
yang terhubung dengan shaft ke compressor dan fan. Sementara udara di sisi luar
fan akan di bypass langsung ke belakang tanpa mengalami proses pembakaran.
Bypass ratio adalah perbandingan udara yang di bypass dengan yang dibakar di
core engine. Gaya
dorong turbofan berasal dari kombinasi udara cepat dan panas dari core dan
udara dingin, lebih pelan, tapi massif yang di bypass.
Mesin low bypass turbofan seperti JT8D bisa dibuat dengan
dengan diameter lebih kecil. Diameter kecil berarti drag pada kecepatan tinggi
yang lebih kecil, sehingga mesin jenis ini umum digunakan pada pesawat
supersonic. Diameter kecil juga berarti mesin ini bisa dipasang di posisi yang
lebih fleksibel. Mesin JT8D bisa dipasang dibawah sayap Boeng 737 yang memiliki
ground clearance cukup rendah.
Akan tetapi mesin high bypass turbofan seperti CFM56
menawarkan efisiensi bahan bakar yang jauh lebih baik pada kecepatan jelajah
737. Selain itu fan besar pada CFM56 menggerakkan sejumlah besar udara dengan
kecepatan yang relatif lebih rendah, mengurangi kebisingan mesin. Hasilnya
biaya operasional bisa ditekan dan 737 tetap bisa comply dengan peraturan
kebisingan di bandara yang semakin ketat.
Dengan segala keuntungan diatas, bukan berarti Boeing bisa
menempelkan CFM56 begitu saja di sayap 737. Aslinya 737 didisain untuk
menggunakan mesin diameter kecil seperti JT8D. Cantelan mesin berada di bawah sayap,
cukup dekat dengan fuselage, sehingga berada sangat dekat dengan permukaan
tanah. CFM56 yang berdiameter besar tidak akan muat. Menaikkan posisi cantelan
mesin dengan memperpanjang landing gear bukanlah pilihan yang cerdas. Landing
gear panjang perlu dibuat lebih kokoh dan berat, perlu redesign yang signifikan
dan beresiko mengurangi performa.
Suykurlah para engineer menemukan solusi elegan untuk
masalah ini. Engine accessory dipindahkan dari sisi bawah mesin ke sisi
lainnya. Air intake dan mesin dibuat sedikit gepeng dibawah, memberi bentuk
triangular yang unik. Mesin dipasang sedikit di depan dalam posisi yang lebih
tinggi, hampir sejajar leading edge sayap. Dengan cara ini mesin CFM56 yang
efisien sukses diintegrasikan dengan 737 Classic tanpa perlu banyak redesign.
Meningkatkan performa dan efisiensi 737, membuatnya lebih ramah lingkungan dan
lebih profitable.
Hasegawa 1/200 Boeing 737-400
Anda akan mendapatkan parts yang cukup untuk membuat dua
model Boeing 737-400 di dalam kotak mokit ini. 1/200 adalah skala utama mokit
airliner, memang kecil, tapi ketajaman detil dan parts precision khas
Hasegawa adalah modal yang bagus untuk
membuat model yang detail dan akurat.
Jumlah part pada kit Airliner memang relatif sedikit
dibandingkan dengan pesawat militer untuk ukuran model yang sama. Sedikit bukan
berarti mudah. Paint scheme airliner umumnya glossy, tipe finishing yang akan
menonjolkan cacat sambungan dan permukaan. Pastikan semua sambungan sempurna
dan permukaan model semulus mungkin sebelum pengecatan.
Bentuk pesawat dan posisi main landing gear akan membuat
model 737-400 berat ke belakang atau tail sitter. Untungnya Hasegawa menyediakan
ballast dengan bentuk dan berat yang pas untuk dipasang di dalam fuselage,
mencegah tail sitter.
Hasegawa menyediakan dua opsi dalam kit ini, pose 737 sedang
diparkir atau terbang. Landing gear tersedia dalam bentuk yang cukup baik di
skala 1/200 untuk membuat 737 sedang diparkir. Tentu saja masih ada ruang untuk
memodifikasi landing gear menjadi lebih akurat, seperti menipiskan landing gear
door dan menambah detil internal landing gear bay menggunakan kawat tembaga
tipis, stretched sprue, dll. Hasegawa juga menyediakan display stand untuk
membantu memajang model dalam posisi terbang.
Hasegawa 1/200 Boeing 737 400 Solaseed Air 2in1 decal 1 |
Hasegawa 1/200 Boeing 737 400 Solaseed Air 2in1decal 2 |
Tantangan sebenarnya mokit ini adalah saat memasang decal. Jendela
kokpit dan penumpang disediakan dalam bentuk decal untuk hasil yang lebih
konsisten di 1/200. Pastikan decal jendela penumpang tepasang lurus di posisi
yang benar dan simetris. Tersedia dua set decal utuh untuk dipasang di kedua
model. Keduanya adalah marking untuk Solaseed Air, low cost carrier airline di
Jepang. Set pertama lebih ramai, untuk marking lama Solaseed Air. Sementara set
kedua lebih minimalis untuk marking terakhir 737-400 Solaseed Air.
Overall Anda bisa membuat tidak hanya satu, tapi dua model
737-400 dengan kit ini. Paint scheme Solaseed air cukup unik, memberikan
variasi tersendiri bagi koleksi model Anda. Modeler pemula bisa terbantu oleh
proses perakitan yang sederhana. Modeler yang lebih berpengalaman bisa
menganggap kit ini sebagai kanvas kosong yang bisa diimbuhi berbagai detil
akurat.
Silahkan kunjungi toko kami, www.rumahmokit.com untuk memiliki kit ini dengan mudah, Terimakasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar