Trumpeter 1/144 F-14D Tomcat |
Sekedar ide untuk film Top Gun 2
Pekembangan teknologi pesawat seperti
stealth, rudal BVR, dan high off boresight imaging infrared missile membuat
dogfight menjadi kuno. Disain fighter dan pelatihan pilot diarahkan untuk
mengoptimalkan keunggulan teknologi diatas. Fighter masa depan US NAVY, F-35C
bahkan tidak dilengkapi kanon internal. F-35C didisain untuk menembak jatuh
musuh sebelum terdeteksi dengan rudal jarak medium AMRAAM. Musuh yang masuk ke
jarak dekat bisa ditangani dengan AIM-9X yang bisa dikunci hanya dengan
mengarahkan pandangan ke musuh tanpa perlu susah payah manuver. Seni dogfight
untuk menembak jatuh musuh dengan kanon tidak lagi menjadi prioritas utama pada
pelatihan pilot (ceritanya).
Lalu terjadilah kejadian yang membuat kaget
semuanya. Super Hornet US NAVY gagal menembak jatuh Su-22 dengan AIM-9X. Rudal
yang katanya tidak bisa dikecoh oleh IR counter measures manapun berkat sensor IIR
cerdas ternyata bisa ditipu oleh flare sederhana. Pada akhirnya Super Hornet
tersebut memang berhasil menembak jatuh Su-22 tadi dengan AMRAAM. Masalahnya
AMRAAM bukanlah senjata ideal untuk kondisi tersebut. Cara ini berhasil karena
lawannya adalah Su-22, pesawat serang darat kuno tanpa kemampuan manuver
memadai. Bagaimana kalau lawannya saat itu adalah varian Fulcrum atau Flanker
terbaru. Jeda peluncuran AIM-9X dan AMRAAM bisa dimanfaatkan fighter lincah
untuk membalik situasi. Sangat mungkin Super Hornet yang menjadi mangsa R-73
atau bahkan kanon Gsh-30 andalan Fulcrum dan Flanker.
Kondisi ini tidak bisa diterima oleh para
Admiral, waktunya kembali ke metode old school. Metode dogfight yang benar
harus diajarkan kembali di Top Gun. Pilot harus dilatih ulang untuk
menerbangkan pesawatnya seperti fighter, bukan sekedar missile carrier. Metode
manuver yang tepat perlu diajarkan untuk mengoptimalkan semua sistem senjata
yang tersedia, kanon, Sidewinder, dan bahkan AMRAAM pada dogfight high-G
melawan fighter Russia
terbaru. Instruktur tentu saja harus menguasai seni dogfight yang nyaris hilang
ini, dan harus punya pengalaman tempur sebenarnya. Dan tentu saja pilot paling
tepat adalah Maverick yang diperankan Tom Cruise.
Maverick tentu saja butuh tunggangan
berkualitas untuk berperan sebagai aggressor. Super Hornet, apalagi F-35 tidak
bisa digunakan karena performa kinematiknya jauh dibawah Fulcrum dan Flanker. F-16N
sebenarnya cukup sesuai, namun untuk menjaga identitas film Top Gun sebaiknya
F-14D dipilih.
F-14A dengan mesin TF-30 sangat sulit untuk
bisa diterbangkan seperti Flanker. Namun F-14D dengan mesin F-110 adalah fighter
yang benar-benar berbeda. F-110 punya tenaga jauh lebih besar dan lebih toleran
terhadap udara turbulen saat ber-manuver ketat. Tidak ada lagi kasus mesin mati
yang membunuh Goose seperti di Top Gun pertama. Dengan skill tinggi Maverick
bisa mensimulasikan performa Flanker dengan F-14D, menjadi aggressor yang hebat
untuk melatih pilot Super Hornet atau F-35C.
Apakah melatih Super Hornet atau F-35
dengan F-14D adalah sesuatu yang make sense?
Bisa jadi iya. Pada film Top Gun pertama dan
pada Top Gun sebenarnya para pilot F-14 dilatih dengan A-4 sebagai aggressor. A-4
yang lebih kecil dan ringan tentu saja jauh lebih lincah dari F-14. Para siswa Top Gun harus melaksanakan manuver dengan
sempurna dengan F-14 yang jauh lebih berat untuk sekedar mengimbangi A-4. Namun
apakah F-14 fighter yang lebih buruh dari A-4? Tidak juga. Ukuran dan bobot
ekstra F-14 memang membuat manuver menjadi sangat sulit. Akan tetapi dengan
ukuran dan bobot ekstra F-14 bisa terbang lebih cepat, jarak jauh, dan membawa
radar dan senjata lebih canggih dan banyak. Justru disitulah gunanya pelatihan
di Top Gun, memaksimalkan potensi F-14 sambil menutupi kelemahan manuvernya.
Situasi ini terulang kembali saat Tomcat
digantikan oleh Super Hornet dan F-35C. Tenaga, kecepatan, dan jangkauan Tomcat
lebih baik dari penerusnya. Namun Super Hornet dan F-35C menawarkan sesuatu
yang baru. Super Hornet adalah platform senjata yang fleksibel, mampu membawa
beragam sistem senjata untuk berbagai misi. Selain itu Super Hornet menawarkan
kehandalan tinggi. Fighter ini lebih mudah dimaintain dari Tomcat, lebih banyak
Super Hornet yang siap untuk sebuah misi. Sementara F-35C menawarkan keunggulan
fighter generasi kelima berupa stealth, avionik terbaru, dan sensor fusion yang
jika digunakan dengan tepat bisa membawa pertempuran ke era baru yang akan
sulit diikuti fighter generasi sebelumnya. Pelatihan di Top Gun berguna untuk
melatih pilot Super Hornet dan F-35C untuk memaksimalkan keunggulan yang mereka
miliki untuk menghadapi Flanker yang disimulasikan F-14D dengan memiliki
performa kinematik superior.
Trumpeter 1/144 F-14D Tomcat
Trumpeter 1/144 F-14D upper fuselage |
Trumpeter 1/144 F-14D lower fuselage |
Keunggulan utama Trumpeter 1/144 F-14D
adalah packingnya. 4 Sprue dan 1 clear sprue dilindungi oleh kantong plastik
masing-masing. Menjaga semua detail halus tetap aman dari goncangan saat
pengiriman. Canopy dan upper fuselage bahkan dibungkus oleh foam untuk proteksi
lebih aman lagi. Panel line dicetak dengan metode recessed secara tajam,
memberikan surface detail realistis bagi model 1/144.
Trumpeter 1/144 F-14D parts 2 |
Kit ini tersusun dari segudang parts yang
di grup dalam 4 sprue untuk menangkap sebanyak mungkin detail. Kokpit terdiri
dari ejection seat dan cockpit tub. Bentuk dan detail ejection seat terlihat
sangat memuaskan. Side panel cockpit tub dilengkapi detail throttle. Landing
gear dicetak dengan detail yang bagus, dengan pengecatan yang tepat akan
terlihat realistis. Pitot tube yang cukup tajam dicetak menyatu dengan nose
cone. Ventral fin dicetak cukup tajam. Exhaust unik F-110 sayangnya dicetak
terlalu tebal, tapi di dalamnya ada detail turbine face yang memuaskan.
Trumpeter 1/144 F-14D exhaust |
Trumpeter 1/144 F-14D landing gear and nose cone |
Trumpeter menyediakan full air-to-air load
out berupa 4 Phoenix ,
2 Sparrow, dan 2 Sidewinder. Sayangnya fin Sparrow tampaknya dicetak terlalu
tebal, untungnya bentuknya relatif sederhana sehingga masih bisa dikoreksi. Detail
permukaan Phoenix
dicetak dengan sangat baik. Semua rudal dilengkapi decal marking untuk tampilan
realistis. Wing glove station juga dicetak dengan breakdown unik. Biasanya yang
terpisah adalah sidewinder rail. Tapi Trumpeter mencetak sidewinder rail
menyatu dengan sisi atas pylon, Sparrow rail yang dicetak terpisah. Diharapkan
dengan cara ini alignment sidewinder rail yang berukuran sangat kecil di 1/144
bisa dilakukan dengan mudah. Phoenix palette
juga dicetak terpisah, sehingga modeler tetap punya pilihan untuk tidak
memasang Phoenix .
Decal sheet untuk kit 1/144 ini berukuran
cukup besar, bahkan lebih besar dari 1/72 umumnya. Tersedia pilihan Hi Viz atau
Lo Viz untuk VF-31 Tomcatters.
Overall kit ini memang bukan Tomcat 1/144
yang sempurna. Tapi masih banyak sisi positif dari kit ini seperti packing
aman, surface detail tajam, kokpit lengkap, landing gear bagus, dan load out
air-to-air lengkap. Recommended sebagai alternatif yang bagus untuk membuat
F-14D skala 1/144.
Silahkan kunjungi toko kami www.rumahmokit.com untuk memiliki kit ini dengan mudah, Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar