Tamiya 1/700 IJN Akatsuki |
Saat mendengar nama Akatsuki, mungkin akan
terbayang musuhnya Naruto. Tapi setelah mempelajari tentang destroyer ini lebih
jauh, sepertinya cerita Akatsuki lebih dekat ke film Fast Furious. Penasaran
hubungannya apa? Silahkan baca artikel berikut.
Sebelum WWII, Jepang adalah negara dengan
kapasitas industri terbatas tapi punya ambisi global. Jika ingin menguasai
Pasifik, mereka akan berhadapan dengan Amerika yang punya kapasitas industri
yang jauh lebih besar. Adu kekuatan secara frontal adalah pilihan bodoh. Jepang
perlu mengandalkan strategi brilian dan teknologi maju. Salah satu poin dalam
strategi laut mereka adalah menggunakan battleship ringan, cruiser dan
destroyer dalam serangan malam untuk mereduksi armada US NAVY sebelum
pertempuran penentuan dengan armada utama. Agar strategi tersebut berhasil,
destroyer IJN harus punya daya gempur besar untuk memberikan kerusakan
signifikan bagi kapal musuh yang lebih besar seperti cruiser dan bahkan
battleship dan kapal induk. Akatsuki adalah salah satu kelas destroyer IJN yang
didisain dengan kemampuan tersebut.
Meriam utama Akatsuki tergolong bagus untuk
ukuran Destroyer. Tersedia 6 pucuk kanon 127mm dalam tiga turret tertutup.
Mekanisme pengisian peluru dalam turret tertutup lebih baik dari destroyer
lawannya yang masih banyak menggunakan turret terbuka, sehingga rate of fire
Akatsuki tergolong bagus. Peluru 127mm mampu memberikan efek signifikan bagi
destroyer lawan, merusak cruiser, tapi agak meragukan saat digunakan untuk
battleship dan kapal induk. Pemakaian kaliber lebih besar akan tidak praktis
mengingat recoil tinggi, bobot besar, kestabilan berkurang, dan ruang terbatas
dalam destroyer yang kecil.
Daya gempur terbesar yang praktis bisa
dibawa oleh destroyer pada masa itu adalah torpedo. Recoil dari peluncuran
torpedo cukup kecil sehingga torpedo kaliber besar dengan warhead berat bisa
ditembakkan dengan aman oleh destroyer. Tekanan air membantu memfokuskan energi
ledakan ke lambung kapal sasaran, meningkatkan lethalitas warhead berat. Air
yang merangsek masuk dari lubang hasil ledakan torpedo dibawah waterline akan
mempercepat tenggelamnya kapal sasaran. Atau paling tidak menambah bobot
sehingga mereduksi kecepatan secara signifikan, menjadikannya target mudah
untuk serangan selanjutnya.
Kekurangan torpedo pada masa itu adalah
jarak dan kecepatan yang terlalu rendah. Destroyer perlu mendekat dan
pergerakan sasaran harus bisa diprediksi dengan akurat untuk memasukkan
tembakan torpedo, sesuatu yang sangat sulit dilakukan dalam pertempuran
sebenarnya. Hal ini disebabkan karena cara kerja sistem propulsi torpedo saat
itu. Propeler torpedo mendapatkan tenaga dari combustion engine. Mesin jenis
ini butuh dua hal untuk bekerja : bahan bakar dan oksigen. Bahan bakar dibawa
dalam bentuk cair, membawa cukup energi dalam volume kecil. Masalahnya ada pada
oksigen. Torpedo meluncur di bawah air, sehingga harus membawa oksigen sendiri
dalam ruang sempit yang tersedia. Torpedo pada masa itu membawa oksigen dalam
bentuk udara terkompresi. Masalahnya walau sudah dikompresi dengan tekanan
sangat tinggi, udara hanya mengandung 21% oksigen. Sisanya adalah 78% nitrogen
dan 1% gas lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan pembakaran dalam
mesin. Jadi keterbatasan jumlah oksigen yang dibawa membatasi performa mesin
yang akan membatasi jarak dan kecepatan torpedo.
Disinilah cerita Akatsuki berhubungan
dengan Fast Furious. Apa yang dilakukan Dom saat butuh tenaga mesin ekstra?
Biasanya dia tekan tombol, NOS mengalir ke mesin, dan tiba-tiba woossshh, mobil
melesat jauh lebih cepat dari sebelumnya. Sebenarnya apa itu NOS? apakah
semacam aditif bahan bakar? Menaikkan oktan bensin? Tidak juga. NOS adalah gas
yang mengandung lebih banyak oksigen dari udara normal. Lebih banyak oksigen
berarti lebih banyak bensin yang bisa dibakar, yang akan berarti meningkatkan
tenaga mesin.
Yang dilakukan oleh engineer Jepang saat
membuat torpedo Long Lance untuk Akatsuki dan kapal kombatan IJN lainnya
sebenarnya mirip dengan di film Fast Furious. Bedanya mereka tidak menggunakan
NOS, tapi menggunakan oksigen murni terkompresi. Dengan cara ini total energi
bahan bakar+oksigen yang bisa dibawa Long Lance jauh lebih besar dari torpedo
lainnya. Long Lance bisa melesat lebih cepat, menempuh jarak lebih jauh, dan
membawa warhead lebih berat dari torpedo sekutu.
Walau terlihat sederhana, tinggal mengganti
udara dengan oksigen murni, namun metode ini tidak populer digunakan pada
torpedo masa itu. Masalahnya oksigen murni sangat mudah meledak. Tetesan bahan
bakar atau kontaminan lainnya di jalur oksigen bisa memicu ledakan fatal.
Penyalaan awal mesin dengan oksigen murni juga rawan ledakan. Ditambah lagi
torpedo tidak hanya didisain untuk ditembakkan dalam pertempuran, torpedo juga
harus bisa dibawa berlayar dalam waktu lama dan kemungkinan melalui laut ganas.
Semua ini membuat disainer torpedo sekutu lebih menyukai udara terkompresi
dibandingkan oksigen murni. Mereka juga berasumsi Jepang menempuh cara yang
sama karena semua bahaya yang timbul dari pemakaian oksigen murni. Namun Jepang
berhasil mengembangkan torpedo oksigen murni dengan kehandalan yang cukup dan
performa istimewa.
Dan Jepang berhasil merahasiakan
keberhasilan tersebut dengan sangat baik. Hasilnya sekutu benar-benar terkejut
dengan kemampuan Long Lance di awal perang. Dalam sebuah pertempuran, Long
Lance diluncurkan pada jarak operasionalnya yang jauh diatas jangkauan torpedo
sekutu. Beberapa Long Lance berhasil menghantam kapal sekutu dengan efek
signifikan. Selain kerusakan fisik, pihak sekutu pun dibuat kebingungan karena
mereka tidak percaya ada torpedo yang bisa melesat sejauh itu. Mereka bahkan
mengira serangan datang dari kapal selam yang tidak terdeteksi atau ranjau
laut. Kebingungan ini bisa dieksploitasi dengan baik oleh IJN untuk memberikan
kerugian besar bagi sekutu di awal perang. Armada destroyer IJN yang dilengkapi
Long Lance mampu memberikan hantaman fatal bagi destroyer dan bahkan cruiser
sekutu. Lethalitas warhead Long Lance juga terbukti saat digunakan untuk
meng-eksekusi kapal induk USS Hornet.
Walau punya performa istimewa, Long Lance
bukanlah senjata yang sempurna. Oksigen murni mudah meledak jika tidak
ditangani dengan benar atau terkena goncangan keras dari peluru meriam musuh
yang jatuh cukup dekat. Sebuah cruiser IJN pernah mengalami kerusakan besar
akibat peluru meriam US NAVY yang mendarat dekat penyimpanan Long Lance.
Normalnya peluru tadi seharusnya hanya mengakibatkan kerusakan kecil. Tapi
goncangan ledakan peluru meledakkan compressed oxygen di Long Lance. Ledakan
tadi kemudian mengaktifkan warhead besar Long Lance, menghasilkan ledakan lebih
besar lagi yang mampu memberikan kerusakan besar bagi kapal sekelas cruiser. Sehingga
destroyer/cruiser IJN biasanya mengosongkan stok Long Lance mereka sebelum
jarak pertempuran menyempit ke duel meriam.
Keunggulan Long Lance di awal WWII semakin
berkurang karena kemajuan teknologi dan konsep operasi radar US NAVY. Pada
awalnya serangan malam IJN punya efektifitas tinggi berkat awak yang terlatih
bermanuver dan mendeteksi kapal musuh dalam gelap malam. IJN juga diuntungkan
dengan teknologi radar yang masih primitif beserta awak US NAVY yang belum
terbiasa menggunakannya. Namun teknologi US NAVY berkembang pesat sampai mereka
bisa mengarahkan meriam dengan radar. Akurasi tembakan battleship dan cruiser
US NAVY dalam gelap meningkat drastis. Gelapnya malam tidak lagi melindungi
kapal-kapal IJN dan mereka segera menjadi mangsa peluru kaliber besar US NAVY
yang ditembakkan akurat dari jarak maksimum.
Selain itu pada WWII pertempuran laut bukan
lagi didominasi kapal vs kapal, tapi kapal vs pesawat. Pertempuran antar armada
terjadi jauh sebelum keduanya bisa saling melihat, jauh diluar jangkauan meriam
battleship sekalipun, dan pastinya diluar jangkauan Long Lance. Akatsuki memang
dilengkapi senapan mesin anti pesawat dan meriam 127mm nya pun bisa diarahkan
keatas sampai 75 derajat. Namun pesawat penyerang berukuran kecil, cepat, dan
biasanya serangan dilakukan secara massif. Akatsuki dan kapal permukaan lain
pada WWII tidak memiliki pertahanan efektif terhadap serangan massif pesawat
kapal induk.
Tamiya 1/700 IJN Akatsuki
Tamiya 1/700 IJN Akatsuki parts |
Tamiya 1/700 IJN Akatsuki adalah kombinasi
cetakan lama dan baru. Untuk kapalnya sendiri termasuk cetakan lama waterline
series Tamiya. Tidak ada lower hull, tapi disediakan waterline blanking plate
dan pemberat logam yang cukup bagus. Upper hull dicetak dalam satu part utuh,
mempermudah perakitan tapi membatasi detail yang bisa dicetak. Superstructure
dan tiang-tiang kapal dicetak dengan cukup tajam.
Tamiya 1/700 IJN Akatsuki mast |
Kelebihan kit ini adalah satu sprue X
tambahan dari Tamiya. Sepertinya sprue X ini dicetak dengan teknologi baru
Tamiya, ketajaman detailnya jauh diatas parts lain. Sprue X dilengkapi
instruction sheet sendiri yang menunjukkan tipe parts yang tersedia. Modeler
bisa memanfaatkan informasi ini untuk mengganti parts standar dengan parts dari
sprue X yang jauh lebih detail.
Parts di sprue X yang mungkin berguna untuk
kit ini adalah turret dan laras kanon 127 mm, triple torpedo launcher, sekoci
beserta pengaitnya, dan jangkat kecil. Diluar itu masih banyak parts yang
berguna untuk kit IJN lainnya seperti turret 127mm high elevation, kanon kapal
selam, quad torpedo launcher, meriam 25mm, radar, beberapa sea plane beserta
decalnya, dan beberapa parts lainnya.
Seperti kit destroyer 1/700 lainnya,
painting dan decaling guide disediakan di sisi belakang kotak. Selain itu di
instruction sheet juga disediakan deskripsi yang lebih detil tentang paint
scheme Akatsuki.
Overall parts utama kit ini memang masih
cetakan lama, mudah dirakit tapi dengan detail standar. Tamiya meng-upgrade kit
ini dengan sprue X yang berisi perlengkapan kapal dengan detail tajam. Kit ini
100% styrene, aftermarket PE railing keluaran Flyhawk bisa menjadi tambahan
yang bagus.
Silahkan kunjungi toko kami www.rumahmokit.com untuk memiliki kit ini dengan mudah, Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar