Di dunia ini ada dua jenis
tank: buatan Jerman dan tank lainnya.
Kalimat diatas mungkin bukan
isapan jempol belaka. Jerman memang terkenal dengan tank yang tangguh. Pada
awal WWII, negara ini mampu menguasai seluruh eropa barat dengan cepat berbekal
taktik blitzkrieg. Komponen utama taktik ini adalah panzer yang memiliki
mobilitas tinggi, daya tembak mumpuni, dan armor yang kokoh. Tank ini mampu
berkerjasama dengan baik dengan infantry, altilleri, dan komponen udara.
Kerjasama yang menghasilkan serangan dashyat yang mampu menembus pertahanan
negara-negara eropa barat dengan relatif mudah.
Walaupun pada akhinya Jerman
kalah di WWII, di akhir perang negara ini mampu mengeluarkan monster darat yang
hebat, tank Tiger. Begitu hebatnya tank ini sampai untuk menghadang sebuah
Tiger, diperlukan minimal 5 tank Sherman .
Masalahnya tank ini kelewat rumit dan mahal, sehingga tidak tersedia dalam
jumlah yang cukup untuk menghadang serbuan massif sekutu.
Pasca WWII jerman
mengandalkan tank milik Amerika. Tapi bukan jerman namanya kalau puas begitu
saja memakai teknologi negara lain. Mereka pun membuat tank Leopard I. Tank ini
dibuat dengan asumsi bahwa tidak ada armor yang mampu menahan peluru HEAT.
Sehingga Leopard I memiliki armor minim, tapi persenjataan dan mobilitas
mumpuni. Suatu asumsi yang popular di masa itu, mengingat tank AMX30 prancis
juga memakai filosofi desain yang sama.
Zaman berubah, teknologi pun
berubah.
Analisis pasca perang Yom
Kippur menunjukkan bahwa armor pada tank saat itu terlalu lemah. Selain itu
kanon 105mm pada Leopard I memang bagus pada zamannya, tapi tidak mumpuni untuk
menghadapi tank Soviet terbaru. Ini adalah sebuah poin kritis, karena NATO
mengandalkan kualitas untuk mengatasi keunggulan kuantitas soviet. Jika
perbedaan kualitas tidak signifikan, atau bahkan sama dengan Soviet, maka NATO
dalam bahaya.
Untuk mengatasi hal ini,
Jerman bekerjasama dengan Amerika untuk membuat tank baru, yaitu MBT-70.
Kerjasama ini akhirnya pecah. Amerika kemudian mengembangan Abrams, Jerman
melaju dengan Leopard 2.
Leopard I sendiri adalah
tank yang bagus, tapi Leopard 2 menutupi kelemahan yang ada di leopard I.
Lapisan armor yang tadinya tidak diprioritaskan pada Leo I, sekarang dibuat
sangat hebat di Leo 2. Konsekuensinya memang bobot meningkat, Leopard 2 naik ke
kelas MLC-60.
Meriam rifled 105mm di
Leopard I, diganti jadi smooth bore 102mm di Leopard 2. Meriam 120mm ini sangat
efektif, sehingga kemudian menjadi kaliber standar meriam tank NATO. Meriam ini
dipandu oleh sistem fire control yang hebat, sehingga dapat menembak akurat
pada saat tank bergerak.
Semua hal ini menghasilkan
sebuah tank yang seimbang di tiga parameter: proteksi, mobilitas, dan daya
serang.
Tidak seperti Abrams Amerika
yang meiliki dapur pacu turbin, Leopard mengandalkan mesin diesel. Mesin turbin
memanng memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah noise yang sangat
minim. Akan tetapi mesin ini hanya efisien saat dipacu maksimal. Pada kecepatan
rendah, yang lebih umum ada pada saat operasional tank, mesin jenis ini boros
bahan bakar. Mesin diesel pada leopard memang lebih berisik, tapi konsumsi
bahan bakar jauh lebih irit dari turbin di kecepatan rendah. Jika kecepatan
tinggi dibutuhkan, mesin ini juga didukung oleh turbocharger untuk mencapai
kecepatan 70kph di jalan raya. Tidak jauh dari kecepatan maksimum Abrams
bermesin turbin. Kelebihan lain adalah mesin diesel tidak sepanas mesin turbin.
Infantri dapat berdiri dekat dengan Leopard 2, sehingga kerjasama antar Tank
dan pasukan infantry bisa lebih fleksibel.
Di era modern ini, sistem
persenjataan tidak hanya dituntut untuk efektif di peperangan, tapi juga harus
ekonomis dan mudah dimaintain di masa damai. Mesin diesel yang relative irit
bahan bakar adalah satu poin plus. Poin lainnya adalah track leopard yang tidak
merusak aspal jalan raya (sudah terbukti di Leopard 2 TNI AD). Aspek lain
adalah tank ini tidak mengandalkan Depleted uranium yang bersifat radioaktif
untuk lapisan armor dan munisi nya.
Leopard 2 dikembangkan oleh
jerman dari versi A0 sampai A7. A0 adalah versi awal. A6 memiliki armor ekstra
di turret dan meriam L55 120mm yang lebih panjang, versi ini dioptimize untuk
pertempuran anti tank. A7 untuk menjawab tantangan perang modern yang bersifat
asimetrik.
Dari semua varian, yang
paling banyak mungkin adalah A4. Versi ini dipakai di hampir semua negara NATO,
kecuali Amerika, Inggris dan Prancis yang memiliki tank sendiri. Selepas perang
dingin, banyak negara NATO yang surplus leopard 2A4. Surplus ini pun dijual ke
banyak negara, salah satunya adalah Indonesia .
Walaupun pengalaman perang
belum sebanyak Abrams, banyaknya negara pemakai adalah salah satu bukti
tersendiri tentang kemampuan Leopard 2.
Hobbyboss mengeluarkan
beberapa versi Leopard 2 di skala 1/35. Soal detail dan harga, mokit ini berada
diantara Tamiya dan Italeri.
Detail hull di mokit ini
cukup baik. Di sisi atas ada detail anti slip coating. Beberapa modeler mungkin
menganggap detail ini berlebihan, solusinya tinggal diamplas saja. Tapi ada
juga yang menganggap detail ini akan terlihat bagus dibawah lapisan cat.
Hull |
Turret |
Gun detail |
Di mokit ini tidak tersedia
detail interior dan mesin. Tapi molded on engine grill di sisi atas hull
terihat cukup baik. Ditambah lagi tersedia PE parts untuk di area ini.
PE fret |
Tersedia transparent parts
untuk lensa sensor dan periskop. Dengan teknik pengecatan yang tepat,
transparent parts ini akan terliat realistis.
Transparent parts for periscope lenses |
Overall mokit ini memang
mempunyai detail berlebihan di area anti slip coating. Selain itu Fitting
mungkin tidak sebagus keluaran Jepang, tapi bisa diatasi dengan sanding dan
filling. Untungnya part breakdown mokit ini cukup baik dan detail yang ada
cukup ekstensif. Dengan kesabaran dan teknik yang tepat, anda akan bisa membuat
replica salah satu tank terhebat di zaman ini.
Tersedia di Rumah Mokit
Track |
Decals |
Parts |
Sprocket |
Suspension arms |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar